Potensi Sarang Burung Walet
Apa
yang muncul di benak kalian ketika mendengar Karangbolong? Sebagian mungkin
tertuju kepada hamparan pasir berwarna kelabu dengan bebatuan karang besar
disertai hentakan ombak yang membentur dinding-dinding perbukitan. Yup, pantai
yang berada lebih kurang 18 kilometer arah selatan dari kota Gombong atau 39
kilometer barat daya dari kota Kebumen ini memang cukup terkenal dan menjadi
salah satu destinasi wisata favorit akhir pekan, khususnya bagi masyarakat kota
Kebumen.
Tetapi
tahukah Anda bahwa selain memiliki pantai yang indah, Karangbolong menyimpan potensi
lain yang sempat menjadi peluang usaha menggiurkan namun perlahan ditelantarkan
oleh masyarakat dan pemerintahnya sendiri?
Sebagian
dari Anda mungkin tahu bahwa Karangbolong menyimpan harta karun yang tergantung
di langit-langit goa dan dipanen empat kali dalam setahun. Harta karun itu
tidak lain adalah sarang walet yang konon memiliki khasiat bagi kesehatan dan
memiliki harga yang cukup fantastis: mencapai 20 juta rupiah per kilogramnya.
Wow sekali ya?
Kejayaan
produksi sarang walet itu pernah terjadi di era 90-an. Ketika Karangbolong
berhasil menyumbangkan 10% pendapatan asli daerah melalui produksi sarang walet
yang konon mencapai 1,5 kuintal lebih dalam sekali panen. Bahkan disebut-sebut
sebagai produsen sarang walet terbesar di Indonesia.
Demi
mengukuhkan predikat tersebut, pemerintah di era kejayaan sarang walet
mendirikan sebuah monumen berupa Tugu Lawet. Tugu ini diletakkan persis di
tengah kota sebagai simbol kota Kebumen. Tarian Lawet pun sengaja diciptakan
dan menjadi muatan lokal wajib bagi murid sekolah dasar kala itu.
Namun
sayang, produksi sarang walet terus mengalami pemerosotan dari tahun ke tahun
sehingga para pengunduh dan pemerintah mengalami kerugian. Bahkan tersiar kabar
bahwa pemerintah sudah tak lagi mampu membiayai prosesi pengunduhan. Sebab
sebelum prosesi ngunduh sarang walet, terlebih dahulu diadakan serangkaian acara
ritual dan pagelaran seni yang menelan biaya tak sedikit. Sebab itulah pemerintah
angkat tangan dan menyerahkan seluruh kebijakannya kepada desa.
Penurunan
produksi sarang walet ini tidak lain karena penebangan hutan di sekitar mulut
gua yang tidak dibarengi dengan penanaman kembali. Penebangan ini mengakibatkan
pakan alami burung walet berkurang dan membuat suhu di sekitar mulut gua lebih
panas. Padahal burung walet hanya akan hidup di daerah yang lembap dan dingin. Jika
terus dibiarkan, bukan tidak mungkin burung walet akan punah dan secara
bersamaan tamatlah nasib para pengunduh yang sebagian besar masyarakat sekitar.
Potensi Wisata Dunia
Sejauh
ini, pemerintah hanya menyentuh sedikit perihal Karangbolong. Bahkan ada
kecenderungan menganakemaskan Pantai Suwuk yang bertetanggaan dengan Pantai Karangbolong
tersebut. Terbukti tahun 2014 silam, Pantai Suwuk menerima penghargaan dari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng karena keindahan, jumlah pengunjung, dan
pengelolaannya. Padahal jika ditelisik lebih dalam, Karangbolong memiliki
panorama yang tak kalah dibandingkan Pantai Suwuk, bahkan memiliki kelebihan
lain seperti perbukitan indah dan karang-karang besar. Tetapi pemerintah sudah
terlanjut terobsesi menjadikan Pantai Suwuk sebagai salah satu destinasi wisata
nasional, sehingga Pantai Karangbolong ditelantarkan begitu saja. Dibiarkan
polos apa adanya. Padahal tidak mustahil menjadikan Pantai Karangbolong sebagai
destinasi wisata internasional seperti Pantai Kuta, jika saja pemerintah mau lebih
serius mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang ada.
Memaksimalkan Potensi
Wisata Air
Saya
pribadi, atau mungkin Anda yang sudah pernah berkunjung ke Pantai Karangbolong
pasti tidak meragukan keindahan pantai ini. Namun sayang, lima belas menit
kemudian hampir dipastikan pengunjung merasa jenuh lantaran tidak ada ‘sesuatu’
di sana. Satu-satunya sarana yang bisa dinikmati pengunjung hanyalah perahu
sederhana atau gethek, yang mengantar pengunjung menyeberangi muara Pantai
Suwuk menuju Pantai Karangbolong. Selebihnya, pengunjung hanya duduk-duduk di tepian
pantai atau menikmati peyek undur-undur di warung sederhana di mulut Goa
Contoh. Goa Contoh ini merupakan gua duplikat Goa Karangbolong
Tidak
ada salahnya sekedar duduk-duduk atau makan, tetapi pengunjung yang berasal
dari luar kota atau bahkan luar negeri tentu ingin menikmati sesuatu yang lebih
seru dan bahkan membuat mereka betah singgah berlama-lama di Pantai
Karangbolong.
Salah
satu caranya adalah menambah wahana pantai semisal arung gelombang. Olahraga
yang cukup ekstrim ini bisa menjadi salah satu alternatif bagi pengunjung yang
menyukai tantangan. Seperti diketahui, ombak di Pantai Karangbolong cukup
kencang sehingga nyaris tidak diperbolehkan mandi atau sekedar bermain air di
tepian pantai. Tetapi melalui olahraga ini, dengan peralatan pengamanan dan pengawasan
petugas, saya pikir cukup memberi ide bisnis ketimbang hanya dibiarkan polos
tanpa isi.
Cara
kedua adalah menata area pemancingan. Selama ini sering dijumpai pengunjung
yang memancing di sekitar pantai, namun belum ada lokasi khusus bagi para
pemancing sehingga terlihat sumerawut. Akan lebih indah dan rapi jika dibuat
lokasi pemancingan khusus di area tertentu yang setelah diteliti memiliki
jumlah ikan paling banyak. Bisa juga ditambahi dengan kios penyewaan alat
pancing, restoran khusus bagi para pengunjung yang ingin memasak sendiri hasil
pancingannya, atau jika ingin menambah gairah para pemancing, bisa juga membuat
semacam klub pemancing khusus Karangbolong. Klub ini diharapkan mampu menjaring
lebih banyak orang yang memiliki hobi memancing untuk berwisata di Pantai
Karangbolong. Lalu mengadakan aneka perlombaan demi menggugah minat lebih
banyak masyarakat berkunjung ke tempat ini.
Memaksimalkan Wahana
Perbukitan
Sejauh
ini, pengunjung hanya mampu melihat seberapa tinggi area perbukitan di sisi
barat Pantai Karangbolong. Namun belum ada yang mampu menjamahnya kecuali hanya
segelintir masyarakat yang berprofesi sebagai pengunduh. Padahal jika ditelisik
lebih dalam, ada potensi besar yang dimiliki dan bernilai ekonomis serta
edukatif, bahkan berpotensi menjadi lahan konservatif yang mengasyikkan.
Jika
pemerintah serius memikirkan kemajuan pariwisata di Kebumen, selain juga memperbaiki hutan Karangbolong yang semakin berlubang, area perbukitan Karst
Karangbolong saja bisa disulap sedemikian rupa menjadi destinasi wisata yang
menyehatkan sekaligus mencerdaskan. Salah satu caranya adalah membuat jalur
trekking di area perbukitan tersebut dan membikin lokasi khusus perkemahan di
puncaknya. Supaya lebih bernilai edukatif, mungkin bisa dibikin semacam taman
hutan wisata. Tentu saja dengan syarat penambahan jumlah dan jenis tumbuhan serta
satwanya.
Pembuatan taman hutan wisata ini diharapkan mampu menggungah banyak pihak, baik pengunjung, peneliti, para pencinta lingkungan, bahkan pemerintah untuk bersama-sama memperbaiki dan menghijaukan Karangbolong demi keberlangsungan hidup burung walet yang berdampak secara luas kepada masyarakat dan kemajuan kota Kebumen.
Memaksimalkan Tradisi
Ngunduh Sarang Walet
Kendala
terbesar masyarakat desa Tambakmulyo saat ini adalah keterbatasan biaya dalam pelaksanaan
ritual dan pagelaran seni yang merupakan hal wajib sebelum prosesi ngunduh
sarang walet. Kendala semacam ini sebenarnya bisa teratasi jika masyarakat dan
pemerintah mau bekerjasama memaksimalkan potensi budaya yang unik untuk dijadikan peluang usaha.
Biaya
untuk pagelaran wayang kulit di pendapa Karangbolong, pagelaran Tari Tayub,
pembersihan pakaian lengkap Nyai Roro Kidul sampai pemotongan kerbau untuk
pesta kenduri sangat mungkin tertambal jika dijadikan paket wisata tersendiri. Tentu
dengan perbaikan-perbaikan seperti penataan lokasi penonton dan sarana/prasana lain yang dibutuhkan.
Memaksimalkan Peran
Masyarakat Sekitar
Sampai
detik ini, masyarakat desa Tambakmulyo hanya berfungsi sebagai penonton atau
bahkan pengunjung yang wajib membayar tiket masuk menuju Pantai Karangbolong. Nyaris
tidak mencicipi manisnya kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka.
Padahal lagi-lagi, masyarakat sekitar memiliki potensi berkembang sama besarnya
dengan potensi yang dimiliki Karangbolong.
Pertama,
melalui homestay. Sebenarnya bukan merupakan hal baru bagi penduduk yang
tinggal di sekitar tempat pariwisata untuk menyediakan rumah persinggahan bagi
para pengunjung. Selain menambah nilai ekonomis bagi masyarakat, juga bisa
menjadi semacam pertukaran wawasan. Pengunjung dan pemilik rumah penginapan bisa
saling berbagi pengalaman dan mempelajari budaya satu sama lain sehingga timbul
rasa saling menghargai dan menghormati. Untuk lebih menekankan homestay
village, bisa dibangun semacam gapura atau minimal dibuat plang di tempat
yang strategis supaya pengunjung bisa mengetahui keberadaannya.
Kedua,
mendirikan industri rumah tangga. Umumnya warga pesisir pantai menekuni usaha
sampingan seperti membikin emping mlinjo dan gula merah. Jika dimaksimalkan, selain
menambah penghasilan juga bisa menjadi lahan edukasi bagi para pengunjung. Potensi
ini bisa digali dengan menyediakan rumah salah seorang warga untuk dijadikan
tempat usaha industri emping melinjo. Warga dikumpulkan di tempat usaha
tersebut untuk membikin melinjo bersama-sama. Para pengunjung dipersilakan
melihat-lihat proses pembuatan emping melinjo atau bahkan belajar membuatnya
dengan didampingi salah seorang warga.
Ketiga,
membuat kios souvenir. Cenderamata adalah sesuatu yang cukup penting bagi
wisatawan saat berkunjung ke daerah atau tempat tertentu. Masyarakat desa
Tambakmulyo sudah harus membuka mata dan bertindak lebih kreatif menciptakan
benda-benda tertentu yang unik dan khas bertemakan Karangbolong. Paling tidak
membuat kaos khusus bertuliskan Karangbolong.
Keempat,
membuat kios jajanan khas Karangbolong. Hal terpenting lainnya bagi para
wisatawan adalah memburu oleh-oleh khas tempat liburan. Potensi ini tidak boleh
dilewatkan begitu saja oleh masyarakat sekitar.
Memaksimalkan Peran
Pemerintah
Pemerintah
adalah pintu masuk dan keluar. Rencana sebaik apapun sia-sia belaka jika
pemerintah tidak memberi jalan. Termasuk perihal larangan penebangan pohon dan pendirian taman hutan wisata demi
kelangsungan hidup burung walet yang menyimpan harta karun itu.
Memaksimalkan Promosi
Promosi
sudah seperti jantung bagi surga tersembunyi semacam Karangbolong. Sejauh ini,
promosi hanya sebatas dari mulut ke mulut saja sehingga hasilnya kurang
maksimal. Padahal di era digital seperti sekarang, biaya promosi sudah bukan
lagi menjadi penghalang. Sebut saja situs jejaring sosial seperti facebook,
twitter, instagram, atau lainnya yang dipadati seluruh orang di dunia.
Informasi apa saja bisa dipajang secara gratis dan cakupannya luas. Blog gratis
seperti blogspot dan wordpress juga membuat biaya promosi nyaris tanpa biaya. Akan
lebih bagus lagi jika dibuat situs resmi Karangbolong dengan sistem pengelolaan
profesional sehingga tampilan dan informasinya bisa lebih lengkap.
Mengunjungi sekolah-sekolah atau gedung perkantoran juga bisa dijadikan alternatif promosi yang baik. Menjalin kerjasama dengan menawarkan paket-paket wisata disertai diskon menarik akan menggugah keinginan mereka berlibur ke Karangbolong.
Untuk
memancing keterlibatan banyak pihak dalam mempromosikan Karangbolong, bisa juga
diadakan perlombaan-perlombaan seperti lomba menulis, fotografi, poster, film
pendek, atau lainnya yang bertemakan Karangbolong.
Ide bisnis yang saya sebutkan di atas hanyalah contoh kecil peluang usaha yang bisa digali dari potensi-potensi besar yang
dimiliki Karangbolong. Jika pemerintah, swasta, dan masyarakat lebih serius
mengelolanya, Karangbolong bukan sekedar menjadi destinasi wisata
internasional, tetapi juga tempat wajib para peneliti, pencinta lingkungan, dan
semua kalangan akademisi untuk menimba ilmu sekaligus menikmati panorama alam
yang mempesona.
Komentar
Posting Komentar