www.crafthubs.com |
Sudah belasan konten
dibuat, mengapa blog saya belum mampu mendatangkan pembeli?
Atau, trafik blog saya
cukup tinggi, tetapi mengapa penjualan tidak kunjung meningkat?
Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu kerapkali menghinggapi pikiran para digital marketer, terutama bagi
para pemula. Mereka sadar media online seperti blog BUKAN sekadar media informasi/edukasi/berbagi semata, akan
tetapi lebih dari itu sebagai ladang emas bagi para pelaku bisnis. Namun
demikian, hanya sedikit yang mampu memaksimalkan potensi ini untuk mendongkrak penjualan
mereka.
Lantas, apa yang salah
dari blog mereka? Kesalahan-kesalahan apa saja yang membuat postingan blog
mereka gagal menggiring pengunjung untuk melakukan transaksi?
Saya akan mencoba menganalisis
kegagalan-kegagalan tersebut ke dalam empat dimensi pokok sebagai berikut:
Konten
www.markitech.ca |
Jika blog diibaratkan manusia
secara utuh, maka konten bisa diartikan sebagai wajah. Seseorang- dalam hal ini
pengguna internet-bisa menaruh ketertarikan atau tidak, tergantung seberapa
baik konten yang disajikan. Nilai, kesan dan citra sebuah blog juga tergantung isi
konten di dalamnya. Maka menyajikan konten yang berkualitas adalah WAJIB
hukumnya bagi para digital marketer.
Konten berkualitas yang
saya maksud di sini bukan hanya tentang:
Originalitas konten;
Tata bahasa, susunan
paragraf, jenis huruf;
Atau standar penulisan
konten lainnya. Akan tetapi lebih dari itu, konten yang berkualitas meliputi:
Konten blog memiliki bobot yang lebih tinggi
dibandingkan konten di blog lainnya;
Memberikan nilai guna
untuk orang lain;
Dapat dipercaya
(menggunakan data dari sumber yang dapat dipercaya);
Konten blog lebih lengkap (video, foto,
animasi, dll);
Tampilan menarik
(judul, komposisi, desain, dll).
Sementara kegagalan
sebuah konten blog biasanya terjadi karena:
Konten blog hanya
berisi penjualan
Ini kesalahan yang
sering dilakukan digital marketer pemula. Mereka mengira, memenuhi blog dengan
konten-konten persuasif akan menggiring pembaca untuk membeli, padahal
kenyataan justru sebaliknya.
Saya secara pribadi akan
langsung hengkang apabila menemui sebuah blog yang isinya hanya menyuruh untuk
merogoh dompet. Alasannya?
Tidak ingin membeli;
Tidak kenal produknya;
Tidak menemukan solusi
atas permasalahan yang dihadapi;
Tidak menerima manfaat
apapun.
Berpijak pada keempat
alasan tersebut, maka yang semestinya dilakukan oleh seorang digital marketer
adalah:
Membuat konten yang bisa
menjawab permasalahan orang lain;
Mengenalkan produk
sebagai solusi permasalahan;
Mengajak untuk membeli.
Tetapi perlu
digarisbawahi bahwa ketiga unsur tersebut tidak boleh dibuat sekaligus dalam
sebuah konten, melainkan terpisah.
Mengapa? Karena tidak
semua orang dalam keadaan ‘siap’ untuk melakukan transaksi pembelian, melainkan
datang karena memiliki masalah dan tengah mencari solusinya. Tetapi justru di
sanalah letak peluangnya.
Anda akan membuat
konten yang memberikan solusi atas permasalahan orang lain dengan tujuan
mendatangkan pengunjung sebanyak mungkin. Pada bagian ini, Anda DILARANG membahas
atau mempromosikan produk. Hal ini karena tujuan pembuatan konten itu sendiri
sebagai pemikat pembaca supaya mau menjadi pembaca loyal. Lalu dengan sukarela
membagikan konten Anda kepada orang lain. Jika Anda nekad menyelipkan produk, bersiap-siaplah
kehilangan calon pembeli.
Konten berikutnya bertujuan
untuk mengenalkan pengunjung mengenai produk kita sebagai solusi atas
permasalahannya. Dalam tahap ini, PENTING untuk menyajikan kelebihan produk sebagai
solusi terbaik.
Setelah seseorang
menemukan produk kita sebagai solusi, maka tahap selanjutnya adalah menggiring
mereka untuk melakukan pembelian. Konten-konten yang dibuat bisa berupa trial/demo,
panduan transaksi pembelian, diskon/bonus, dan sebagainya.
Gambaran isi konten untuk tiga tahap tersebut antara lain:
Trik Fasih Membaca Al Quran Bagi Pemula;
Pen Digital, Solusi Mudah Mempelajari Al Quran;
Video Tutorial Pen Digital.
Lalu bagaimana jika
pengunjung blog hanya merasakan manfaat tanpa melakukan transaksi pembelian?
Padahal tujuan dari penerbitan konten itu sendiri untuk menarik pengunjung
supaya melakukan transaksi, bukan?
Inilah kegagalan kedua
yang hendak saya paparkan.
Konten blog tidak memiliki navigasi yang baik
Konten sebaik apapun
tidak akan menghasilkan apa-apa jika pengunjung tidak menyadari keberadaan
produk kita. Mereka akan pergi begitu saja sebelum sempat mengenali produk
kita, apalagi berniat membelinya. Maka memasang link aktif di setiap konten adalah
WAJIB jika tidak ingin mereka kabur tanpa melakukan komitmen apapun.
Konten berkualitas
sudah ada, navigasi sudah oke, mengapa penjualan masih stagnan?
Barangkali konten Anda
masuk ke dalam jenis kegagalan ketiga.
Konten yang disajikan
tidak relevan dengan produk yang dijual
Semisal Anda menjual produk
susu balita, tapi konten yang dibuat membahas mengenai cara mendidik balita
secara Islami. Meskipun sasarannya tepat, yaitu ibu-ibu yang memiliki balita,
akan tetapi konten yang disajikan tidak relevan dengan produk yang ditawarkan.
Lagipula ibu-ibu yang
menemukan konten tersebut tidak sedang membutuhkan produk susu yang Anda
tawarkan, sehingga kemungkinan untuk membeli produk sangat kecil. Konten yang
tepat untuk produk susu balita misalnya ‘Nutrisi yang Tepat untuk Tumbuh
Kembang Balita’.
Konten gagal mendorong pembaca
‘bergerak’
Ketika seseorang
selesai membaca sebuah konten dan tidak melakukan apa-apa setelahnya, berarti konten
tersebut gagal membidik pembaca. Konten semacam ini biasanya merupakan konten
yang tidak/kurang praktis sehingga pembaca akan berlalu tanpa melakukan apapun
dan (mungkin) melupakan blog Anda.
Contoh konten yang
tidak praktis adalah;
“Lima jenis olahraga
yang efektif membakar lemak”
Isi kontennya hanya
menyebutkan jenis-jenis olahraga yang mampu membakar lemak, disertai sumber
data yang valid oleh pakar-pakar kesehatan ternama. Jika konten demikian yang
Anda buat, maka pembaca hanya merasakan manfaat berupa informasi, namun tidak melakukan
apa-apa setelahnya. Sama halnya ketika Anda membaca artikel di koran.
Bandingkan dengan
konten berikut:
“Panduan Pilates Yoga
yang Terbukti Ampuh Membakar Lemak”
Konten tersebut memberikan
informasi disertai panduan berupa gerakan-gerakan pilates yoga yang telah
terbukti efektif membakar lemak. Konten semacam ini akan menggiring pembaca
bergerak aktif mengikuti gerakan-gerakan pilates yang telah mereka pelajari
melalui konten Anda. Jika mereka menerima manfaat darinya, maka akan timbul
perasaan percaya dan mereka tak segan membeli dari Anda.
Konten gagal mengikat
pembaca
verdemedia.com |
Ketika seseorang menemukan
konten blog yang bermanfaat dan
menyadari keberadaan produk Anda sebagai solusinya, tentu tidak menjadi jaminan
baginya melakukan pembelian seketika itu juga. Bisa saja dia tidak sedang
membutuhkan produk Anda atau belum punya cukup dana untuk membeli produk
tersebut. Itu tidak masalah.
Tetapi Anda tidak boleh
melepaskannya begitu saja.
Ajak pembaca untuk memberikan
‘sesuatu’ yang bisa membuat Anda dan dia (pembaca) terikat dalam kurun waktu
tertentu. Semisal memberikan alamat email, nomor telepon/ponsel, akun media
sosial, dan sebagainya. Intinya supaya Anda tetap bisa menghubungi dan
mengingatkan mereka mengenai produk Anda.
Tidak mudah? Pasti,
karena mengikat hubungan dengan sesuatu (juga seseorang) bukan perkara sepele. Seperti
halnya ketika Anda memutuskan untuk berpacaran, bertunangan, apalagi menikah.
Lalu, apa yang harus
dilakukan?
Lakukan timbal balik. Bentuk
hubungan simbiosis mutualisme.
Caranya?
Berikan sesuatu kepada
mereka, dan mereka tak segan memberikan kepada Anda. Semisal memberikan ebook
gratis yang bisa diunduh melalui link yang akan dikirim melalui email. Karena
merasa membutuhkan, mereka tak segan memberikan alamat email.
Masuk akal, bukan?
Pemasaran
www.opendesignsin.com |
Dalam bidang usaha
apapun, pemasaran adalah hal mutlak untuk menjaring konsumen. Tapi jangan
terjebak. Pemasaran yang saya maksud di sini bukanlah menawarkan produk secara
langsung seperti lazimnya strategi pemasaran tradisional, melainkan memasarkan
konten bermanfaat kepada pengguna internet.
Kenapa?
Karena masyarakat sudah
kebal dengan strategi pemasaran semacam itu, termasuk saya. Jangankan tertarik
membeli, melirik saja ogah. Saya pribadi menganggap iklan produk sebagai spam
yang mengganggu keindahan jagat dunia maya. Sebaliknya, saya sangat antusias mendapati
iklan berupa konten-konten bermanfaat, bahkan tak segan untuk membagikan konten
tersebut kepada teman-teman di jagat maya.
Lalu di mana dan
bagaimana memasarkan konten blog?
Sejauh ini, media
sosial masih menjadi lahan yang paling subur untuk berjualan. Kita bebas
memilih layanan gratis seperti membuat akun, halaman atau grup untuk memasarkan
konten-konten yang bermanfaat tadi. Atau jika tidak mau repot, Facebook Ads
atau Twitter Ads juga bisa dijadikan alternatif.
Selain melalui media
sosial, memasang feed/link di blog-blog
yang sudah terkenal dan memaksimalkan SEO juga bisa membantu orang-orang
menemukan blog kita.
Konsistensi
Jika Anda seorang pemilik
toko, siapakah di antara karyawan Anda yang dianggap paling rajin? Apakah dia
yang gemar menyapu dan bersih-bersih sewaktu masa training, karyawan yang menunggu
komando terlebih dahulu baru mengepel, atau seseorang yang setiap hari datang
pagi-pagi untuk melakukan segala sesuatunya sebelum toko dibuka?
Sudah pasti jawabannya karyawan
nomor tiga.
Sama halnya ketika Anda
memposting konten untuk sebuah blog. Jangan berharap mendapat pembaca atau
pembeli loyal jika membuat konten saja bermalas-malasan. Tidak harus setiap
hari. Tiga hari, seminggu, atau sebulan sekali juga tidak masalah. Yang penting
konsisten.
Tetapi ingat, jangan
terlalu fokus pada kuantitas. Tinggi kuantitas tapi rendah kualitas hanya akan
menghancurkan citra sebuah blog. Maka berupayalah untuk menyeimbangkan antara
kualitas dan kuantitas. Akan tetapi jika harus mengorbankan salah satu di
antaranya, kuantitas rendah tapi kualitas tinggi jauh lebih baik.
Evaluasi
dan Inovasi
Terkadang, sempurna di
mata kita belum tentu sempurna di mata orang lain. Karena itulah, perlu
dilakukan evaluasi mengenai konten-konten yang telah Anda terbitkan.
Buat tabel konten-konten
tersebut ke dalam tiga jenis:
Konten tidak mampu
mendatangkan trafik. Gunakan Google Analytics untuk melihat jumlah visitor, share di sosial media, dan jumlah backlink;
Konten mendatangkan
trafik, tetapi belum mampu menarik pengunjung untuk melakukan pembelian. Masih dengan menggunakan Google Analytics, pantau jumlah subscriber di blog, tingkat konversi pelanggan dan follower di media sosial;
Konten yang mampu
mendatangkan trafik dan menarik pengunjung untuk melakukan transaksi. Analisa melalui CTR menuju konten penjualan, tingkat konversi penjualan, peningkatan penjualan usai penerbitan konten.
Setelah memilah
konten-konten tersebut ke dalam tabel masing-masing, tahap selanjutnya adalah mengoreksi.
Bandingkan konten-konten yang berhasil menarik pengunjung untuk melakukan
transaksi dengan yang tidak berhasil. Analisa kekurangan-kekurangannya, lalu
perbaiki. Jika dirasa cukup, Anda bisa memposting ulang konten tersebut atau
menggantinya dengan konten yang baru.
Tetapi evaluasi saja
belum cukup untuk menjadikan blog kita
sukses dalam jangka waktu yang panjang. Seperti lazimnya bidang usaha lain, Anda
juga harus senantiasa melakukan inovasi dalam hal penyajian konten. Tanpa itu
semua, blog yang sudah susah payah
Anda bangun akan tenggelam dan trafik terjun bebas.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar