anniesahasibuan.com |
Maria
Agnes Laurencia Alexandra, model Indonesia yang akrab disapa Laura Muljadi itu
tampak anggun dalam balutan busana berwarna perak saat catwalk pada perhelatan fashion
show Couture Fashion Week, New York, 13 Februari 2016 silam. Gaun tersebut
merupakan satu dari 15 karya Masterpiece
Anniesa Hasibuan, salah satu perancang busana muslim Indonesia yang terkenal
dengan desainnya yang rumit. Mengusung tema “Pearl Asia”, Anniesa menampilkan
sesuatu yang berbeda dari koleksi busana muslim sebelumnya. Ia tak lagi
menggunakan kain-kain khas Indonesia, melainkan mengaplikasikan perhiasan yang
sudah terkenal seantero dunia, yaitu Mutiara Lombok.
anniesahasibuan.com |
anniesahasibuan.com |
anniesahasibuan.com |
Mutiara
Lombok dipilih Anniesa selain karena kualitasnya yang terbaik di dunia, juga
demi mengangkat dan mempromosikan salah satu kekayaan alam dari wilayah Lombok,
Nusa Tenggara Barat sebagai penghasil mutiara terbesar di dunia. Desain unik
dan mewah yang dipadukan dengan kemilau Mutiara Lombok inilah yang mengantarkan
Anniesa menjadi Best Fashion Designer dalam ajang bergengsi Cannes Red Carpet
Fashion & Film Awards, Perancis, pada 25 Mei 2016 silam.
Prestasi
Anniesa menjadi sinyal bahwa masyarakat dunia masih menaruh perhatian besar
terhadap mutiara laut selatan. Lebih dari itu, langkah Anniesa dalam mengangkat
mutiara Lombok ke dalam rancangan busananya menjadi ide branding yang sangat
menarik dan patut dicontoh.
Seperti
kita ketahui, akhir-akhir ini imej Indonesian
South Sea Pearl (ISSP) kian meredup lantaran maraknya mutiara imitasi asal
Tiongkok yang beredar di pasaran Indonesia. Para pedagang menjual mutiara
imitasi tersebut kepada para turis dan tak jarang melabelinya mutiara asli
Lombok. Walhasil, para turis pun kecewa dan enggan untuk membeli mutiara Indonesia
lagi.
Lain
halnya dengan turis asing yang tertipu sewaktu berburu mutiara laut selatan ke
Indonesia, pembeli lokal justru menyengaja dan bahkan menggemari mutiara air
tawar asal Tiongkok tersebut. Pertimbangan harga yang jauh lebih murah menjadi
pemicu utamanya, selain kurangnya pemahaman mengenai jenis dan kualitas
masing-masing mutiara.
Pernah
suatu ketika diadakan lelang mutiara dan ISSP dihargai sangat rendah. Hal ini
lantas mendorong pengusaha lokal memasarkan produk mutiara grade C di pasaran
Indonesia. Sementara produk mutiara kelas terbaik diekspor ke luar negeri lantaran
kecenderungan mereka dalam menghargai suatu produk berdasarkan kualitas. Tak
sekadar melihatnya dari sudut pandang harga.
Masalahnya,
tidak banyak pelaku usaha budidaya mutiara memiliki jaringan luas di luar
negeri. Akhirnya, banyak di antaranya gulung tikar lantaran kalah saing di
pasaran dalam negeri. Namun bukan berarti perusahaan yang memiliki pasaran luar
negeri terbebas dari masalah. Berbagai persoalan pun menghadang para pengusaha
mutiara yang jumlahnya tinggal beberapa “biji” tersebut, seperti persoalan potensi
mutu mutiara yang belum digarap maksimal, tingginya angka kematian kerang, hingga
klaim mutiara Indonesia oleh negara lain.
Namun
agaknya kabar ini tak semenarik saat Batik dan Tari Ponorogo diklaim oleh
negara tetangga. Nyatanya, meski sama-sama merupakan potensi kekayaan bangsa
yang dicuri negara lain, masyarakat tak menaruh perhatian khusus terhadap ISSP.
Apalagi sampai menjadikannya isu hangat yang terus diperbincangkan di berbagai
media, yang menyulut perhatian para petinggi negara hingga dilakukan penindakan
tegas terhadap negara yang bersangkutan, lalu mematenkan ISSP sebagai produk
milik bangsa.
Mutiara
Laut Selatan adalah mutiara termegah, terindah, terbesar dan termahal di dunia.
Ia merupakan mukjizat Palung Laut Banda yang mampu hidup di seluruh perairan
Indonesia, di bagian selatan Filipina dan di bagian utara hingga barat
Australia. Mutiara Laut Selatan merupakan anugerah alam yang lengkap dan
sempurna, sebuah karya seni istimewa dan unik yang dihasilkan tiram raksasa
berbibir emas dan perak yang tergolong langka di dunia, yaitu Pinctada maxima.
pl.wikipedia.org |
Kerang
jenis ini hanya mampu bertahan di laut tropis yang hangat seperti Laut Selatan,
utamanya di bagian utara Australia, bagian selatan Indonesia dan bagian selatan
Filipina. Garis pantai bagian utara Australia dan selatan Indonesia yang masih
perawan menjadi tempat yang penting bagi perlindungan dan keberlangsungan masa
depan budiaya mutiara air laut selatan. Tanpa lingkungan yang terlindungi,
tiram mutiara akan hibernasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya sehingga
kerang menolak untuk menghasilkan lapisan mutiara (nacre) yang berharga. Tiram
akan menunggu sampai setengah abad hingga situasinya tepat untuk mengeluarkan
nacre yang merupakan lapisan-lapisan indah pembentuk butiran mutiara tersebut.
Saat
ini, nyaris sulit menemukan mutiara hasil proses alami laut. Sebagian besar
mutiara yang dijual di pasaran adalah hasil budidaya peternakan mutiara. Di
Indonesia sendiri, South Sea Pearl
banyak dibudidayakan terutama di wilayah Indonesia Timur seperti Bali, NTT,
NTB, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara di wilayah Indonesia Barat meliputi
Mentawai dan Lampung.
South Sea Pearl
memiliki karakteristik yang berbeda dan unik dibandingkan jenis mutiara
lainnya. Cangkangnya menghasilkan nacre yang paling indah dengan ketebalan mulai
dari 2 sampai 6 mm, lebih tebal dibandingkan mutiara akoya yang hanya berkisar
0,35-0,7 mm. Kilau yang dihasilkan juga menampilkan kesan halus, creamy dan
lembut dengan derajat keopalan yang bernada tenang. Inilah yang membuat South Sea Pearl begitu diminati dan diburu
oleh para pecinta perhiasan di seluruh dunia, salah satunya Mutiara Lombok.
Seperti
Mutiara Laut Selatan lainnya, Mutiara Lombok memiliki nacre yang tebal dan
megah, derajat keopalan yang bernada tenang, serta kemilau yang tak sekadar
memberi kesan “bersinar” seperti jenis mutiara lainnya, melainkan kemilau yang
bernada lembut dan sejuk. Bias yang ditampilkan mampu menciptakan sensasi yang
berbeda-beda seiring bias warna yang dipantulkan.
Harga Sebuah Ketekunan
Tak
banyak yang tahu bahwa proses produksi mutiara laut selatan membutuhkan proses
yang panjang, rumit, kompleks, serta membutuhkan modal dan teknologi yang
tinggi. Adapun proses pembudidayaan mutiara meliputi:
1.
Pembiakan
Proses produksi dimulai dengan menyeleksi
spat terbaik (kerang alam liar) yang didapat dari nelayan penyelam atau kerang
hasil pembiakan. Setelah diseleksi, spat dimasukkan ke dalam kolektor atau bak-bak
khusus untuk selanjutnya dikembangbiakan di laboratorium milik perusahaan budidaya
mutiara. Proses pembiakan ini dilakukan dengan sangat hati-hati, termasuk pakan
berupa plankton yang dimonitor secara detail kualitasnya. Setelah dua bulan,
spat umumnya akan bertambah menjadi 2-3 centimeter.
2.
Pembesaran
Spat
nationalgeographic.co.id |
3.
Operasi
citizenimages.kompas.com |
4.
Pemeliharaan
pemuteranbali.com |
5.
Panen
Panen dilakukan ketika lapisan mutiara (nacre) telah
memenuhi standar internasional. Biasanya, dalam satu kerang terdapat 1-2 butir
mutiara saja. Begitupun tidak semua kerang mampu menghasilkan mutiara yang
layak jual. Dari total produksi, hanya kisaran 80 persen saja yang hidup dan
layak dijual, sementara sisanya mati atau tidak memenuhi standar. Setelah panen
pertama, kerang mutiara masih bisa dipanen 2-3 kali lagi setelah satu sampai
dua tahun kemudian.
Proses
panjang inilah yang membuat harga sebutir mutiara laut selatan mahal, selain
karena keindahannya yang memang luar biasa.
Ragam Jenis dan Mutu Produk
Kita
mungkin bertanya-tanya, mengapa harga mutiara laut berbeda-beda. Ternyata hal
tersebut dipengaruhi oleh ragam jenis dan mutu produk. Berikut penjelasannya.
A.
Ragam
Jenis
Ragam
jenis Mutiara Laut Selatan dibedakan berdasarkan: ukuran, warna, bentuk, luster
(kilauan), dan bintik/cacat (spot/law).
Ukuran
Setiap
Pinctada maxima akan menghasilkan ukuran mutiara laut selatan yang berbeda-beda,
yang terbagi atas:
www.americanpearl.com |
- Paling kecil (Keshi)
- Kecil (Baby South Sea Pearl) antara 8-9 mm,
- Our Size dengan ukuran 10-14 mm,
- Big Size dengan ukuran di atas 16 mm.
Ukuran
berat biasanya menggunakan momme (1momme = 3,75 gram). Semakin berat ukuran
sebutir mutiara, semakin mahal pula harganya.
Perbedaan
ukuran mutiara ini bisa dipengaruhi oleh empat hal:
- Ukuran besar kerang (Pinctada maxima)
- Ukuran manik implan yang disuntikkan ke bibir kerang (nukleus)
- Lamanya waktu mutiara dibudidayakan di tiram
- Ukuran daging tiram
Warna
www.wacht-troy.com |
Mutiara
Laut Selatan memiliki berbagai warna dari putih menuju wana perak dan dari
cream menuju warna kuning emas yang pekat. Adapun detail pembagian warna sebutir
mutiara laut selatan meliputi:
- Silver, yang terdiri atas:
1.
Pink
2.
White, yang terbagi atas:
a. White
b. Silver
c. Blueish
- Golden, yang terdiri atas:
1.
Gold, yang terbagi atas:
a. Gold
b. Deep
Yellow
2.
Yellow, yang terbagi atas:
a. Yellow
b. Cream/ivory
Bentuk
Setiap
kerang akan menghasilkan bentuk mutiara yang berbeda-beda. Bentuk ini
mempengaruhi harga yang ditawarkan.
www.americanpearl.com |
Adapun
ragam bentuk mutiara laut selatan meliputi:
1.
Drop, yang terdiri atas
a. Long
b. Medium
c. Short.
2.
Oval, yang terdiri atas:
a. Long
b. Medium
c. Short.
3.
Round/Near Round
4.
Button, yang terdiri atas:
a. Thick
b. Medium
c. Flat.
5.
Barogue, yang terdiri atas
a. Real
b. Semi.
6.
Ring/Circle
7.
Trapesium
8.
Triangle
Luster
(kilau)
Sama halnya
dengan bentuk, kilau yang dihasilkan sebutir mutiara juga berpengaruh besar
terhadap harga yang ditentukan. Semakin berkilau mutiara yang dihasilkan, semakin
mahal harganya.
Tingkatan luster/kilau
sebutir mutiara terbagi atas tiga kategori sebagai berikut:
1. High
Luster
www.jewellerynetasia.com |
2. Medium
Luster
www.jewellerynetasia.com |
3. Low
Luster
Bintik/Cacat
(spot/law)
Umumnya mutiara yang
dihasilkan kerang meninggalkan bintik/cacat. Semakin sedikit jumlah bintik dan
cacatnya, semakin mahal pula harga sebutir mutiara.
Tingkatan
bintik/cacat sebutir mutiara terbagi atas empat kategori sebagai berikut:
1. No
Spot
2. Few
Spot
3. A
Few Spot
4. Many
Spot
B. Mutu
Mutu
Mutiara Laut Selatan terbagi atas empat kelas, yaitu top quality, very good
(grade A), good (grade B), dan medium quality ( grade C) yang ditentukan berdasarkan tingkat kilauan
dan cacat produk.
Cara Membedakan Mutiara Laut
Selatan Asli dengan Mutiara Palsu
Banyak
yang masih bingung membedakan antara mutiara laut selatan yang asli dengan
mutiara palsu. Beberapa tips di bawah ini barangkali bisa membantu.
- Pada umumnya, tiram akan menghasilkan warna mutiara seperti putih, gold, silver, dan hitam. Namun tidak menutup kemungkinan pula tiram menghasilkan warna yang tidak umum seperti pink, coklat, dan hijau. Warna tidak umum ini merupakan pengaruh cluster (sinar) yang begitu kuat dari warna umumnya, semisal warna coklat dari mutiara hitam dan warna pink dari mutiara putih. Setiap warna mutiara akan menghasilkan cluster dan dari cluster ini akan membentuk warna yang beragam dan terbagi misalnya warna putih menghasilkan cluster putih bening, cluster pink, dan cluster kehijauan sekaligus. Perlu berhati-hati apabila ditawarkan mutiara dengan warna tidak umum seperti itu. Apabila kilaunya terlihat monoton dan tidak memiliki cluster, maka dapat dipastikan itu adalah mutiara coating (mutiara yang diberi zat pewarna). Warna ini akan memudar paling lama 2 tahun.
- Mutiara asli terasa dingin jika disentuh atau dipakai, sedangkan mutiara palsu umumnya tidak.
- Mutiara asli umumnya memiliki ukuran berat yang lebih dibandingkan mutiara palsu.
- Mutiara asli akan terasa berpasir dan kasar apabila digigit, sementara mutiara palsu umumnya terasa licin.
- Ukuran dan berat mutiara asli berbeda tiap butirnya, sementara mutiara palsu memiliki kecenderungan ukuran dan berat yang sama.
- Mutiara asli meninggalkan belmish atau semacam titik di permukaannya (sedikit banyaknya tergantung kualitas), sementara mutiara palsu umumnya mulus.
- Warna mutiara asli menampilkan cluster alami, sementara mutiara palsu memiliki warna kusam atau cluster berlebihan.
- Jika dibakar, mutiara asli tetap utuh, sementara mutiara palsu akan mengerut.
- Jika dicutter, mutiara asli tetap utuh, sementara mutiara palsu akan mengelupas.
Gugatan & Solusi: Budidaya
Mutiara yang Terancam Redup
Bisnis
mutiara di Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang sangat tinggi, dimana
Indonesia telah menjadi produsen mutiara laut selatan terbesar di dunia. Nilai
ekspor mutiara Indonesia juga menjadi yang terbesar di dunia, yakni menyentuh
angka 29 juta dolar AS atau 50 persen dari total produksi mutiara dunia.
Meski
demikian, bisnis mutiara masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus
segera diselesaikan. Namun apabila ditarik ke dalam empat garis besarnya, maka
permasalahan pokok budidaya mutiara Indonesia meliputi: (1) ancaman produk
mutiara air tawar Tiongkok bagi keberlangsungan ISSP, (2) rendahnya kecintaan
masyarakat terhadap produk dalam negeri, (3) belum optimalnya potensi mutu
mutiara terbaik Indonesia, dan (4) lemahnya kontrol pemerintah terhadap mutiara
Indonesia.
Ancaman Produk Mutiara Air Tawar Tiongkok
Bagi ISSP
www.pearlsbeadsstones.com |
Setidaknya
ada tiga alasan mengapa konsumen lokal memilih produk Tiongkok ketimbang produk
dalam negeri. Pertama, kecenderungan
harga mutiara air tawar Tiongkok yang relatif lebih murah dengan tampilan yang
secara kasat mata tampak sama. Kedua,
kurangnya pemahaman mengenai perbedaan jenis dan kualitas mutiara. Ketiga, rendahnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri.
Sementara
itu, ada tiga alasan mengapa pedagang eceran lebih suka menjual produk mutiara
air tawar Tiongkok. Pertama, modal
yang dikeluarkan jauh lebih sedikit. Konon, nilai modal untuk membeli satu
butir mutiara Lombok sama dengan tiga butir mutiara air tawar Tiongkok. Kedua, kecenderungan konsumen lokal
membeli produk Tiongkok. Ketiga, rendahnya
rasa kepemilikan terhadap produk dalam negeri.
Pedagang
eceran semacam ini sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, bahkan
Indonesia bagian timur yang notabenenya penghasil mutiara laut selatan. Saya
sempat membaca komentar salah seorang pengguna facebook. Dia mengeluh lantaran banyaknya
pedagang eceran yang justru menawari produk mutiara Tiongkok sewaktu berkunjung
ke Lombok. Padahal ia menyengaja datang ke sana demi membeli mutiara Lombok.
Maraknya
produk mutiara air tawar Tiongkok tersebut tidak hanya merusak pasar mutiara laut
selatan Indonesia, namun sekaligus merusak citra South Sea Pearl sebagai jenis mutiara terbaik dan unik di dunia.
Sebab tak jarang para pengecer menipu para pembeli dengan menyebut mutiara yang
dijualnya adalah mutiara asli Lombok.
Rendahnya Kecintaan Masyarakat
Terhadap Produk Dalam Negeri
Ada
empat kemungkinan mengapa rasa cinta masyarakat terhadap produk mutiara lokal
masih rendah. Pertama, mutu mutiara yang
dijual di pasaran Indonesia masih tergolong rendah. Menurut salah satu sumber,
sebanyak 90 persen produk mutiara terbaik Indonesia diekspor ke luar negeri,
sementara sisanya dijual di pasaran Indonesia. Hal ini secara tidak langsung
menurunkan minat masyarakat lokal terhadap produk mutiara lokal. Kedua, tidak adanya teladan dari publik
figur, semisal pemerintah atau selebritis yang notabenenya merupakan panutan
bagi masyarakat. Apabila yang menjadi panutan saja menggandrungi produk luar
negeri, bagaimana mungkin masyarakat “dipaksa” untuk membeli produk dalam
negeri?
Ketiga,
stigma negatif masyarakat mengenai produk dalam negeri. Banyak masyarakat
berasumsi bahwa produk dalam negeri tidak sebaik produk luar negeri. Sebaliknya,
sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa produk luar negeri selalu lebih
baik dibandingkan produk dalam negeri. Keyakinan ini lantas mendorong mereka untuk
lebih memprioritaskan brand luar negeri sebagai pilihan utama ketika berbelanja.
Keempat, masyarakat cenderung merasa
lebih keren ketika menggunakan produk luar negeri. Mereka rela merogoh kocek
lebih dalam untuk membeli produk luar negeri, tapi sebaliknya terhadap produk
dalam negeri.
Belum Optimalnya Potensi Mutu
Mutiara Terbaik Indonesia
laperegrina.ru |
www.kristina-art.com |
Tidak
hanya kualitas, kuantitas mutiara pun harus mendapatkan perhatian serupa. Sebab
terjadi penurunan yang cukup signifikan pada hasil panen tahun 2014, yakni hanya
berkisar 5,5 ton saja dari yang semula 12,375 ton mutiara pada tahun 2013.
Setidaknya
ada empat alasan mengapa mutu mutiara terbaik Indonesia belum mencapai potensi
optimal.
- Sumber daya manusianya masih rendah. Budidaya mutiara adalah sektor usaha yang memiliki proses produksi rumit dan membutuhkan keahlian serta ketelitian yang tinggi. Kesalahan sedikit saja dalam proses budidaya mutiara akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan hidup mutiara yang dihasilkan.
- Penerapan teknologi yang masih tergolong rendah. Selain SDM, teknologi juga memiliki pengaruh besar dalam menentukan kualitas dan keberlangsungan hidup mutiara.
- Pendanaan yang minim. Budidaya mutiara adalah industri yang padat modal. Penggunaan teknologi dan perekrutan karyawan dengan kompetensi tinggi membutuhkan modal yang tak sedikit. Masalahnya, tak banyak bank bersedia memberikan pinjaman lantaran tak ada kepastian usaha. Perajin budidaya yang minim modal pun terpaksa menggunakan SDM dan teknologi seadanya. Walhasil, resiko kematian mutiara pun menjadi besar dan kualitas mutiara yang dihasilkan menjadi kurang optimal.
- Faktor ekologi. Lima puluh persen hasil produksi mutiara bergantung pada faktor alam. Kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram. Lokasi budidaya tiram harus terbebas dari pencemaran sehingga harus terpisah dari aktivitas pertambakan ikan, industri, perumahan, dan sektor lainnya. Perairan yang digunakan juga harus tenang sebab suara bising dapat membuat kerang stres sehingga terancam mati sia-sia. Lalu lalang boat atau aktivitas wisata air lainnya menjadi salah satu sumber kebisingan tersebut. Bahkan aktivitas wisata air memicu teraduknya air laut sehingga menyebabkan air keruh. Air keruh yang masuk ke dalam kerang berakibat pada menurunnya kualitas mutiara, bahkan beresiko menimbulkan kematian kerang.
Lemahnya Kontrol Pemerintah
Terhadap Mutiara Indonesia
Berbagai
usaha dilakukan pemerintah kaitannya dengan usaha menjaga dan mengembangkan
budidaya mutiara di Indonesia, seperti pembangunan Broodstock Center (induk
pusat) kekerangan di Bali, pembentukan dan penguatan Sub Komisi Mutiara
Indonesia (SKMI), Yayasan Mutiara Laut Indonesia (YMLI), dan Asosiasi Budiaya
Mutiara Indonesia (ASBUMI), diterbitkannya SNI mutiara, diterbitkannya Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP/No.44/PERMEN-KP/2014 tentang
Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara RI, membangun
Rumah Mutiara Indonesia sebagai Pusat Promosi Pemasaran dan Lelang Mutiara, menyelenggarakan
Indonesia Pearl Festival, serta pelatihan mutu mutiara bagi petugas pengujian mutu
mutiara di sentra-sentra produk dan dua pintu pemasukan (Soekarno-Hatta Airport,
Jakarta dan Juanda Airport, Surabaya).
Namun
demikian, dalam praktiknya masih memerlukan banyak perbaikan. Rumah Mutiara
Indonesia, misalnya, belum mampu mendatangkan pengunjung dalam jumlah yang menggembirakan.
Bahkan karena nyaris tak pernah ada pengunjung dan/atau pembeli, di hari-hari
biasa, stand yang dibuka hanya kisaran satu atau dua saja. Sementara lainnya
dibiarkan tertutup. Minimnya promosi menjadi salah satu penyebab Rumah Mutiara
Indonesia belum bisa memberikan dampak positif terhadap perkembangan bisnis
mutiara Indonesia.
Belum
maksimalnya upaya pemerintah terhadap bisnis mutiara Indonesia juga dapat
dilihat dari belum optimalnya potensi mutiara Indonesia dan klaim ISSP oleh
negara lain. Bentrok kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi
salah satu alasan mengapa potensi mutu mutiara Indonesia belum digarap secara optimal.
Utamanya terkait zonasi tata ruang kawasan perairan guna mengembangkan sektor
budidaya mutiara. Zonasi adalah hal vital bagi keberlangsungan bisnis budidaya mutiara
yang memerlukan lokasi bebas limbah dan pencemaran lainnya. Dengan zonasi,
kepastian usaha akan terwujud sehingga dapat menarik investasi lebih banyak
lagi. Namun kebanyakan pemerintah daerah enggan menetapkan zonasi lantaran lebih
tertarik dengan pengembangan sektor usaha lain, terutama sektor pariwisata
bahari.
Sementara
klaim mutiara Indonesia oleh negara lain adalah akibat tidak adanya sertifikasi
produk mutiara Indonesia. Persoalan lain yang tak kalah pelik dan membutuhkan
perhatian pemerintah adalah maraknya produk mutiara air tawar Tiongkok di
pasaran Indonesia dan ekspor mutiara illegal. Kontrol dan keberpihakan
pemerintah (pusat dan daerah) menjadi kunci berhasil tidaknya memberantas dua problema
tersebut.
Solusi
Berdasarkan
uraian di atas, maka alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan dan pengembangan budidaya mutiara di Indonesia, meliputi:
Satu,
meningkatkan mutu mutiara Indonesia, melalui:
- Peningkatan SDM. Mendatangkan ahli untuk memberikan pelatihan kepada para perajin mutiara atau mengirimkan beberapa perajin mutiara untuk melakukan kunjungan bisnis ke perusahaan mutiara terbaik di dunia bisa dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
- Peningkatan penggunaan teknologi modern. Tidak ada salahnya mencontoh negara-negara yang telah berhasil mengembangkan budidaya mutiara di negaranya, termasuk mencontoh pengaplikasian teknologi yang digunakan.
- Peningkatkan arus pendanaan. Tidak adanya kepastian usaha menjadi alasan bagi bank dan investor menolak untuk memberikan pinjaman atau menanamkan modal pada sektor budidaya mutiara. Pemerintah bisa membantu mengatasi problema tersebut dengan memberikan bantuan langsung berupa pelatihan kompetensi para perajin, pengadaan teknologi mutakhir, atau bantuan tak langsung melalui pemberian insentif kepada investor yang menanamkan modalnya di sektor budidaya mutiara atau memberikan jaminan kepada bank yang bersedia memberikan pinjaman.
- Menjamin lingkungan terlindungi dari pencemaran. Untuk menjamin lokasi terlindungi dari pencemaran, dibutuhkan zonasi tata ruang perairan untuk budidaya mutiara yang terpisah dari sektor lainnya. Pemerintah daerah harus didesak agar zonasi bisa segera terlaksanakan.
Dua,
menekankan diferensiasi produk. Indonesian
South Sea Pearl (ISSP) adalah salah satu mutiara terbaik dan unik di dunia.
Masalahnya, tidak banyak yang mengetahui perihal ini, termasuk bahkan masyarakat
lokal sendiri.
Rumah
Mutiara Indonesia (RMI) sebagai pusat promosi dan lelang mutiara harus
dimaksimalkan keberadaannya. Selain memajang produk mutiara, RMI semestinya
bisa menjadi sarana edukasi dan penekanan terhadap diferensiasi produk mutiara
Indonesia. RMI bisa menyediakan tim pemandu khusus yang bertugas mengenalkan
dan mengedukasi para pengunjung mengenai ISSP. Pertama-tama, pengunjung diajak
untuk melihat-lihat koleksi mutiara asli Indonesia, lalu menjelaskan perbedaan
jenis dari masing-masing mutiara dan hal-hal yang mempengaruhi harga sebuah
mutiara. Mulai dari warna, kilau, bentuk, dan sebagainya. Lalu pengunjung
dijelaskan mengenai perbedaan mutiara air laut selatan dengan jenis mutiara
lainnya, termasuk menjelaskan keunggulan mutiara laut selatan dibanding mutiara
air tawar Tiongkok. Tahap selanjutnya, pemandu menunjukkan sebuah film yang
menunjukkan proses budidaya mutiara yang rumit dan panjang atau bisa juga
dengan memberikan paket wisata berupa kunjungan ke tempat pembudidayaan mutiara.
Dengan demikian, masyarakat akan lebih memahami perbedaan jenis dan kualitas masing-masing
mutiara serta mengetahui bagaimana proses pembudidayaannya. Harapannya,
masyarakat bisa lebih menghargai dan mencintai mutiara laut selatan Indonesia sehingga
tidak tertipu atau tergiur dengan mutiara air tawar Tiongkok.
Tiga,
melakukan diversifikasi produk. Selama ini, lazim kita mengenal mutiara sebagai
perhiasan (kalung, cincin, gelang, dan anting). Namun apa yang dicontohkan
Anniesa Hasibuan mematahkan argumen bahwa mutiara hanya bisa difungsikan
sebagai perhiasan. Diversifikasi produk bisa menjadi alternatif usaha sampingan
bagi pelaku usaha budidaya mutiara. Diversifikasi bisa menjadi langkah jitu
untuk menambah nilai sebutir mutiara dibanding hanya mengekspornya dalam bentuk
mentah. Selain itu, diversifikasi juga bisa menjadi solusi untuk menyerap
tenaga kerja lebih banyak serta mengenalkan Indonesian
South Sea Pearl lebih luas kepada masyarakat yang selama ini tak terjangkau.
oldlook.indonesia.travel |
Ada
beberapa alasan mengapa kita harus membeli produk dalam negeri:
- wujud nasionalisme masyarakat terhadap bangsanya. Jepang dan Korea Selatan adalah contoh baik perwujudan nasionalisme masyarakat terhadap bangsanya. Mereka bangga memakai produk dalam negeri dan menjadikannya prioritas saat berbelanja. Hasilnya, Jepang yang mengalami keterpurukan pada tahun yang sama ketika Indonesia merdeka, berhasil menjadi negara produsen terbesar di dunia. Dan Korea Selatan yang memiliki tahun lahir sama dengan Indonesia berhasil menjadi bangsa yang besar dengan menjual “budaya” kepada masyarakat dunia,
- membantu perekonomian masyarakat (perajin mutiara),
- memicu pengusaha untuk meningkatkan kualitas produknya. Sebenarnya tidak ada satupun perusahaan yang ingin menjual produk dengan kualitas rendah. Namun karena kecenderungan konsumen lokal yang membeli produk berdasarkan pertimbangan harga, mereka terpaksa menjual produk mutiara kualitas rendah di pasaran Indonesia. Loyalitas konsumen lokal untuk membeli produk mutiara kualitas terbaik hasil budidaya mutiara Indonesia akan memicu pengusaha memperbaiki kualitas produknya.
Selain
itu, keberadaan publik figur sebagai panutan sudah sepantasnya memberikan
contoh yang baik kepada masyarakat, yaitu dengan membeli produk mutiara asli
Indonesia.
Lima,
melakukan sertifikasi/mematenkan produk mutiara Indonesia. Kekayaan Indonesia
bukan hanya batik dan tari Ponorogo. Sumber daya alam berupa mutiara pun
merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Sebagai hak milik bangsa,
sudah sepantasnya kita marah apabila “harta kekayaan” kita diakui oleh negara
lain. Namun bukan marah yang berkoar-koar tanpa solusi, melainkan sebuah upaya
untuk mencegah tindakan serupa terulang kembali. Caranya adalah dengan
mematenkan produk mutiara Indonesia. Dengan hak paten tersebut, kepastian hukum
atas produk mutiara Indonesia bisa terjamin.
Enam,
menetapkan kebijakan safeguard berupa pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
(BMTP) untuk menekan laju impor. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
(Permen KP/No.44/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke
Dalam Wilayah Negara RI adalah langkah yang sangat baik untuk menekan laju
impor, namun apabila kapasitas peredarannya masih dianggap “berbahaya” bagi
kelangsungan produk mutiara air laut selatan Indonesia, maka kebijakan
safeguard berupa BMTP bisa dijadikan “sabuk pengaman” tambahan.
Tujuh,
menurunkan pajak ekspor semaksimalnya untuk mencegah tindakan ekspor mutiara
illegal. Selain kontrol pemerintah yang kendur dan prosedur administratif yang
rumit, pengenaan pajak ekspor yang tinggi bisa memicu para pengusaha memilih
untuk melakukan tindakan ekspor secara illegal. Semestinya kita belajar dari
Hongkong yang tidak menerapkan prosedur rumit untuk perusahaan yang hendak
melakukan ekspor. Cukup sekali saja para pengusaha diminta melakukan prosedur
administratif, sementara selanjutnya cukup menunjukkan KTP saja.
Delapan,
promosi yang gencar. Indonesian Pearl Festival adalah event tahunan yang sangat
baik untuk memperkenalkan dan mempromosikan Indonesian
South Sea Pearl kepada dunia. Namun demikian, promosi menjadi tidak efektif
apabila tidak ada tindak lanjut yang berkesinambungan. Seperti prinsip iklan
pada umumnya, setiap orang setidaknya membutuhkan tujuh kali repetisi iklan
untuk dapat mengingat secara baik produk yang ditawarkan. Semakin sering iklan
diulang, semakin kuat ingatan mengenai produk tersebut.
Kita
melihat betapa suksesnya Wonderful Indonesia dalam mengangkat potensi
pariwisata di seluruh Indonesia, namun ingatkah betapa gencar mereka dalam
melakukan promosi? Begitupun semestinya yang dilakukan pemerintah dan
pihak-pihak terkait terhadap Indonesian
South Sea Pearl. Promosi harus dilakukan setiap saat dan berkesinambungan,
baik melalui media televisi, media sosial, media cetak, atau memasang baliho di
tempat-tempat umum seperti bandara.
www.goodnewsfromindonesia.org |
Sembilan,
meningkatkan kontrol dan kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Maraknya impor mutiara air tawar Tiongkok illegal dan ekspor mutiara
air laut selatan Indonesia illegal adalah bukti bahwa kontrol pemerintah terhadap
peredaran mutiara masih kurang maksimal, entah pemerintah pusat maupun daerah,
atau justru keduanya. Sub Komisi Mutiara Indonesia (SKMI), Yayasan Mutiara Laut
Indonesia (YMLI), dan Asosiasi Budiaya Mutiara Indonesia (ASBUMI) harus menjadi
lembaga independen yang memantau dan mengoreksi kerja pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terkait kebijakan mengenai mutiara Indonesia. Tiga lembaga
tersebut juga harus menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat sehingga tercipta kerja sama yang apik guna
menjaga keberlangsungan dan mengembangkan bisnis budidaya mutiara Indonesia.
Demikian
beberapa masalah dan alteratif solusi yang bisa dijadikan rujukan. Semoga Indonesian South
Sea Pearl
semakin berkilau dan menjadi ikon bangsa selanjutnya.
Wah, ulasannya lengkap. Jadi tahu tentang mutiara laut selatan ini
BalasHapusAlhamdulillah, semoga bermanfaat...
Hapusluar biasaa ..
BalasHapusTerimakasih yu...
HapusHebbat ,, ulas tuntas tanpa celah,, lanjutkan perjuanganmu kawan
BalasHapusTerimakasih kakak
HapusSemoga sukses... Bagus tulisannya ,,,
BalasHapusTerimakasih Mba Yeni...
HapusSemoga sukses... Bagus tulisannya ,,,
BalasHapusulasannya lengkap euyyy
BalasHapus