Jika Tiongkok terkenal
dengan Traditional Chinese Medicine
(TCM), Korea Selatan dengan ginseng dan India dengan Ayurveda, maka Indonesia terkenal
dengan jamunya. Namun, seberapa terkenalkah jamu di mata dunia? Sudahkah sepopuler
TCM, ginseng atau Ayurveda?
Jamu adalah ramuan
bahan-bahan alami Indonesia yang diracik sedemikian rupa dan disajikan dalam berbagai
bentuk, umumnya dalam bentuk serbuk atau rajangan untuk disajikan dengan cara
diseduh. Bahan utama jamu bisa berupa bagian dari tumbuhan seperti akar, daun,
kulit batang maupun buah. Bisa juga berupa bagian dari binatang seperti empedu
dan kuning telur. Jenis jamu yang dijual sangat beragam, namun yang umum
ditemui antara lain beras kencur, kunir asam, pahitan, cabe puyang, kudu laos, sinom,
kunci suruh dan gepyokan.
Tidak hanya jenis, cara
menjajakan jamu pun sangat bervariasi. Mulai dari yang tradisional dengan cara
digendong sampai yang modern dengan menyajikannya di kafe jamu.
Rupa jamu juga mengalami modernisasi dari yang semula hanya berbentuk serbuk dan rajangan menjadi berbentuk cair dalam kemasan yang lebih menarik dan praktis, yakni saset. Imej pahit jamu juga sudah disulap menjadi imej nikmat seiring lahirnya generasi bangsa yang cerdas dan inovatif, semisal menyajikan jamu dalam bentuk es krim, teh, kopi, permen, manisan, bahkan dikombinasikan dalam hidangan berupa nasi. Nikmat, menyehatkan pula!
Rupa jamu juga mengalami modernisasi dari yang semula hanya berbentuk serbuk dan rajangan menjadi berbentuk cair dalam kemasan yang lebih menarik dan praktis, yakni saset. Imej pahit jamu juga sudah disulap menjadi imej nikmat seiring lahirnya generasi bangsa yang cerdas dan inovatif, semisal menyajikan jamu dalam bentuk es krim, teh, kopi, permen, manisan, bahkan dikombinasikan dalam hidangan berupa nasi. Nikmat, menyehatkan pula!
Biasanya masyarakat
mengkonsumsi jamu sebagai pengobatan penyakit, pencegahan penyakit, atau
kebugaran tubuh. Saya secara pribadi meminum jamu ketika masuk angin,
menstruasi, atau tidak nafsu makan. Seperti pagi ini misalnya, saya merasa mual
dan tidak enak badan. Lalu Ayah membuatkan jamu kunir khusus untuk putri
tercintanya, yaitu saya. Alhamdulillah,
saya punya Ayah yang sangat perhatian.
Cara membuat jamu kunir
juga sangat mudah. Cukup sediakan setengah kilo kunir, gula merah seperempat
sendok makan, 2 liter air dan asam jawa 3 sendok teh yang sudah dibersihkan. Parut
atau blender kunir sampai halus, saring, campurkan air kunir dengan gula merah
dan asam yang sudah dibuang bijinya, lalu rebus hingga mendidih. Angkat dan jamu
kunir siap untuk dinikmati.
Koleksi Pribadi |
Di samping mengatasi
masuk angin, jamu kunir asem juga memiliki banyak khasiat, antara lain
menetralkan racun kimia, mengontrol berat badan, menyembuhkan infeksi bakteri,
memperlancar siklus menstruasi, mencerahkan warna kulit dan mencegah penuaan
dini. Masya Allah, baru satu jenis rempah
yang diolah menjadi jamu saja sudah banyak sekali manfaatnya. Apalagi kalau menyebutkan
semuanya? Tidak akan habis menulis di blog ini.
Tidak hanya bagi
manusia, racikan jamu juga berkhasiat bagi hewan dalam menjaga kekebalan tubuh,
mendongkrak napsu makan dan menjaga penampilan lebih bugar. Ini yang dilakukan dan
telah dibuktikan oleh Saun, peternak asal Tegal demi membuat kambing kurban
jualannya lebih berkualitas. Saun, seperti dilansir Tempo menuturkan bahwa racikan
jamu itu terbuat dari kunir, jahe, gula aren, garam, bawang merah dan bawang
putih. Usai dicampur menjadi satu dan ditambahkan sedikit air, seluruh bahan
digiling hingga halus. Lalu diberikan kepada kambing kurban yang telah dibeli
pelanggan.
Selain berguna untuk
kesehatan, jamu juga terbukti bermanfaat untuk kecantikan. Salah satu artis ibukota
yang juga berprofesi sebagai DJ, Putri Una mengakui khasiat jamu dalam
menunjang penampilannya.
“Aku jaga penampilan
dan kecantikan secara alami. Caranya, banyak minum jamu,” tutur Una seperti
dikutip Liputan6.com. “Jamu itu sama dengan herbal. Herbal itu kan alami, efek
sampingnya nggak ada sama sekali. Karena memang aku nggak pernah ngerasain efek
samping dari minum jamu, lebih ke yang merasakan banyak manfaatnya,” tambahnya
lagi.
Tidak hanya DJ Una saja
yang merasakan khasiat jamu. Aktris sekaligus penyanyi, Ardina Rasti bahkan
memiliki kebiasaan minum jamu minimal 3 kali dalam satu minggu. Diakuinya bahwa
jamu membuat tubuhnya senantiasa bugar. Dalam sebuah wawancara seperti dikutip
Tribunnews.com, Rasti menyatakan, “Aku sangat menikmati jamu. Karena sejak
masih kecil aku sudah dibiasakan minum jamu. Ternyata memang banyak manfaatnya.
Bukan saja kesehatan fisik, tetapi bagus juga untuk memelihara kulit.”
Selain dua nama
tersebut, masih banyak selebritis yang rutin mengkonsumsi jamu karena merasakan
manfaatnya bagi kesehatan sekaligus menunjang penampilan mereka sebagai publik
figur. Sebut saja Regina Octora, Vicky Shu, Ussy Sulistiawati, Widyawati, Angel
lelga, dan masih banyak lagi.
Jauh sebelum
orang-orang menggandrungi sosok selebritis, putri-putri bangsawan adalah sosok
yang paling disorot dan dikagumi karena kecantikan fisik dan keharuman tubuh
mereka. Dalam buku Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah dan Cara Racik
seperti dilansir Kompas Female mengungkapkan bahwa para putri kerajaan
menggunakan ramuan jamu untuk menjaga kesehatan dan kecantikan mereka. Dibuktikan
dengan ditemukannya sebuah literatur dari Kerajaan Majapahit yang di dalamnya terdapat
sekitar 3.000 resep jamu.
Salah satu putri Keraton
Surakarta yang kecantikannya tak memudar meski usianya memasuki 87 pada 2015
ini adalah Mooryati Soedibyo. Selain berolahraga secara teratur, pemilik brand
produk kecantikan ini juga rajin meminum jamu sejak kecil. Hasilnya, kulitnya
masih mulus dan nyaris tak terlihat keriput di wajahnya. Posturnya pun masih
tegak dengan rambut hitam yang digelung khas putri raja. Beliau adalah legendaris
industri jamu Indonesia. Salah satu peracik produk jamu kosmetika yang masih
mempertahankan bahan-bahan alami Indonesia dan meramunya sesuai resep leluhur,
pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat yang diwariskan turun temurun.
Sebagai warisan budaya
leluhur yang sudah ada semenjak berabad-abad lalu hingga detik ini, terbukti
dengan ditemukannya Prasasti Madhawapura di era Majapahit yang menuliskan
profesi peracik jamu dan lukisan-lukisan pada dinding candi Hindu-Budha tentang
proses pembuatan jamu, maka jamu bukan sekedar obat tradisional alternatif,
tetapi merupakan produk budaya yang wajib
dilestarikan dan diduniakan. Bahkan sangat wajar jika jamu diusulkan kepada
UNESCO sebagai World Heritage dari
Indonesia.
Relief di Candi Borobudur yang menggambarkan cara pembuatan jamu |
Namun, bagaimana
caranya melestarikan dan menduniakan jamu? Berikut saya tuliskan beberapa
langkah yang semoga bermanfaat dan menjadi acuan bagi kita semua untuk
melestarikan dan menduniakan jamu.
1. Meningkatkan
Budidaya Tanaman Bahan Jamu
Tanaman bahan jamu
adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan dalam produksi
industri obat tradisional atau rumah tangga. Sejauh ini bahan baku jamu atau
simplisia nabati sebagian masih ditebang atau diambil langsung dari tempat
tumbuh alaminya. Hanya kisaran 4% saja dari total 200 jenis simplisia nabati
yang telah dibudidayakan. Padahal melihat pesatnya pertumbuhan produksi seiring
meningkatnya minat masyarakat terhadap jamu, cara ini terbilang tidak efektif
lagi, bahkan cenderung mengancam keseimbangan alam.
Pembudidayaan adalah
sebuah langkah strategis untuk menyediakan simplisia nabati secara
berkelanjutan dengan jaminan mutu sesuai standar. Selain menjaga kelestarian
alam, budidaya tanaman bahan jamu juga mampu meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat. Untuk rumah tangga, budidaya tanaman bahan jamu lebih dikenal
dengan sebutan toga atau tanaman obat keluarga. Budidaya umumnya dilakukan pada
sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun atau ladang yang kemudian disebut
sebagai taman obat keluarga. Selain memenuhi keperluan keluarga akan
obat-obatan, taman obat keluarga juga dapat memacu usaha kecil menengah dan
tentu saja turut membantu kelestarian usaha jamu di Indonesia.
2. Jamu sebagai “Lifestyle” Kehidupan Bangsa
Tidak bisa dipungkiri
bahwa animo masyarakat Indonesia semakin tinggi terhadap produk jamu. Terbukti
nilai perdagangan di pasar domestik mencapai Rp 26 triliun di tahun 2014,
meningkat dari tahun 2011 yang hanya Rp 17 triliun. Di pasar dunia sekalipun, nilai
ekspor jamu meningkat dari yang semula berkisar Rp 10 triliun di tahun 2011
menjadi Rp 15 triliun di tahun 2014. Dari jumlah tersebut, kisaran 50%
merupakan produk-produk kosmetik, 30% produk minuman, dan 10% produk jamu
lainnya.
Menilik perbandingan
prosentase antara ketiga produk jamu tersebut menunjukkan bahwa persepsi
masyarakat dan perkembangan jamu di Indonesia masih berkutat pada produk kecantikan
dan kesehatan saja. Belum merupakan ‘bagian’ dari gaya hidup masyarakat
Ke depan, perlu ditingkatkan
produk-produk jamu selain kosmetik dan kesehatan sehingga stigma masyarakat
mengenai jamu semakin baik. Produk-produk kreatif seperti permen, es krim, teh,
kopi, dan produk kreatif lainnya harus mendapat respon positif dari masyarakat.
Pemerintah juga harus mendukung dan memberikan apresiasi lebih terhadap
generasi inovatif ini dengan memberikan pembinaan secara kontinu, ikut
mengkonsumsi dan mempromosikan, bahkan memberikan insentif berupa pinjaman
modal untuk perkembangan usaha, ketersediaan lahan untuk tempat produksi, atau kemudahan-kemudahan
dalam perluasan usaha.
3. Mengintregasikan
Jamu sebagai “Mainstream” Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional
Meskipun semenjak tahun
2010 beberapa rumah sakit dan puskesmas telah menerapkan jamu sebagai salah
satu produk kesehatannya, tetapi sejauh ini penggunaannya masih sangat terbatas.
Dokter masih setengah hati menerima kehadiran jamu dan menganggapnya seperti
anak tiri. Padahal peran dokter sangat penting dalam mensosialisasikan jamu
terhadap masyarakat.
Bandingkan dengan para dokter
di Jepang yang telah meresepkan 60-80% obat tradisional ‘Kampo’ kepada
pasiennya. Atau Tiongkok yang sudah menerapkan sekitar 1.249 item obat
tradisional TCM ke dalam Daftar Obat Esensial Nasional. TCM dan obat kimiawi digunakan
secara berdampingan dan saling melengkapi dalam praktik kedokteran di Tiongkok.
Keberhasilan Tiongkok dalam mengembangkan TCM pada muaranya berimbas pada tingginya
minat masyarakat global terhadap produk-produk TCM tersebut. Terbukti hampir
1/3 pasar obat herbal dimiliki Tiongkok.
Dalam skema asuransi
kesehatan nasional, Jepang telah memasukkan lebih dari 140 jenis obat
tradisional ke dalam daftar mereka. Begitupun dengan Korea Selatan yang telah
memulainya semenjak tahun 1967. Tahun 2015 ini, semoga pemerintah tergerak
untuk segera menetapkan jamu sebagai bagian dari skema asuransi kesehatan
nasional. Serta dokter-dokter di Indonesia tidak ragu lagi meresepkan jamu yang
sudah lebih dahulu teruji khasiatnya melalui Saintifikasi Jamu.
4. Menumbuhkan
Cinta Sedari Dini Melalui Visualisasi Jamu
Anak-anak cenderung
memiliki stigma ‘pahit’ terhadap jamu. Saya sendiri semasa kecil sangat anti
dan terpaksa dicekoki Mama ketika hendak mengkonsumsi jamu. Baru setelah cukup
dewasa dan sudah memahami khasiat yang terkandung di dalamnya, saya mulai
tertarik untuk meminum jamu lagi. Tidak terlambat memang, tetapi bukankah lebih
baik menanamkan cinta sedini mungkin?
Umumnya anak-anak
sangat menyukai tokoh-tokoh kartun dalam film-film yang pernah mereka tonton,
semisal Elsa di film Frozen, Masha di serial Masha and The Bear, dan
sebagainya. Saking gemarnya, anak-anak bisa bertingkah dan mengoleksi sesuatu
yang berhubungan dengan si tokoh kegemarannya tersebut. Saya masih ingat
bagaimana Mama yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual baju kebanjiran
pesanan baju Masha and The Bear. Hanya karena tokoh Masha nyaris setiap hari
muncul di layar televisi. Tidak hanya baju, snack dengan bungkus bergambar
Masha pun laris oleh anak-anak.
Saya yakin banyak
sekali animator dan tokoh-tokoh kreatif lainnya di Indonesia. Hanya saja,
mungkin mereka belum terlalu berminat atau memiliki kendala lainnya seperti
persoalan finansial. Jika membuat film animasi bertokohkan rempah dan jamu dirasakan
cukup berat, belum lagi kalau filmnya tidak laku, mungkin bisa memulainya lewat
novel, buku dongeng dan komik. Para penulis membangun tokoh-tokoh tertentu yang
berhubungan dengan jamu, semisal profesi dokter jamu, dongeng yang semua tokohnya
rempah-rempah, dan sebagainya. Jika buku itu laris dan sudah memiliki penggemar
banyak, baru dibuat film yang diangkat dari buku tersebut.
5. Kreatifitas
dalam Mensosialisasikan Jamu
Saya salut dengan usaha
pemerintah dalam mengkampanyekan jamu sebagai produk budaya yang wajib
dilestarikan. Dimulai di tahun 2008 ketika Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balittro) menampilkan produk-produk hasil penelitiannya berupa produk
herbal yang sudah teruji khasiatnya dalam pameran bertajuk “Jamu Brand
Indonesia”. Berkat pameran tersebut, antusias dan kepercayaan masyarakat
terhadap jamu semakin meningkat. Terbukti dengan semakin tinggi omzet penjualan
jamu dari tahun ke tahun. Sejak tahun itu hingga saat ini, kampanye “Jamu Brand
Indonesia” masih terus digemakan dan setiap tahunnya diperingati melalui acara
minum jamu bersama.
Sebagai masyarakat yang
peduli terhadap warisan budaya lokal, kita juga wajib turut serta mensosialisasikan
jamu kepada masyarakat. Caranya? Meminum jamu bersama-sama? Tidak harus.
Sebagai anak bangsa yang kreatif, kita bisa mengkampanyekan jamu dengan cara
yang berbeda.
Untuk kalangan seniman,
bisa mengaplikasikan jamu ke dalam hasil karyanya, semisal lukisan, bangunan arsitektur,
koreografi, pahatan, musik, desain game, desain baju, dan sebagainya. Untuk
pengusaha bisa membuat produk-produk kreatif bertemakan rempah dan jamu seperti
bantal, boneka, sandal, bahkan perhiasan. Untuk kuliner, bisa juga dengan
membuat desain kue, permen, atau botol minuman berbentuk rempah.
6. Pembinaan
dan Pengawasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pesatnya pertumbuhan industri
jamu di Indonesia harus diimbangi dengan kualitas dan mutu produk yang baik. Jika
tidak, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi, produk-produk jamu ditarik
dari peredaran karena mengandung bahan kimia obat (BKO). Imej jamu pun menjadi
tercemar. Masyarakat yang semula menggemari menjadi menjauhi lantaran takut
terkena dampak buruk konsumsi jamu. Inilah mengapa pengawasan internal tidak
pernah cukup jika tidak diimbangi dengan pengawasan eksternal oleh pemerintah.
Selain pengawasan,
pemerintah juga wajib memberikan pembinaan secara berkala dan berkelanjutan
terhadap para pelaku bisnis jamu. Pembinaan mencakup seluruh proses produksi sampai
pemasaran. Semisal penanaman atau pemilihan simplisia nabati yang berkualitas
tinggi, penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan produksi hingga strategi
pemasaran yang mumpuni.
Namun jika mengandalkan
pemerintah saja dirasa terlalu berat dan cakupannya terlalu sempit, mungkin bisa
disiasati dengan menunjuk duta jamu di masing-masing daerah. Duta jamu ini
merupakan seseorang yang sangat peduli terhadap perkembangan jamu di Indonesia
dan ahli di bidang jamu. Setiap duta berkewajiban memberikan bimbingan kepada masyarakat
dan industri-industri jamu di daerah tertentu, melakukan pengawasan dan
mempromosikan jamu kepada masyarakat dunia.
7. Hubungan
Mesra Pemerintah, Pusat Penelitian, dan Industri Jamu
Meski penelitian
mengenai jamu sudah gencar dilakukan di berbagai universitas tinggi, namun arah
dan koordinasinya masih belum jelas. Produk-produk penelitian masih berupa
produk ‘mentah’ dan belum diimplementasikan ke dalam industri jamu. Kalaupun
ada, cakupannya masih sangat kecil.
Pemerintah sebagai pemegang
kemudi negara harus memiliki tujuan yang pasti. Hendak diarahkan kemana hasil
penelitian itu dan program nyata yang diterapkan untuk kemajuan perkembangan jamu
Indonesia.
Salah satu program yang
bisa dilakukan pemerintah adalah menjalin simbiosis mutualisme antara
pemerintah, pusat penelitian, dan industri jamu. Misalnya, Biofarmaka IPB
menerima sejumlah dana dari industri jamu untuk mengembangkan penelitian. Industri
jamu mengimplementasikan hasil penelitian dari Biofarmaka IPB terhadap
produk-produknya, lalu memasarkannya ke seluruh wilayah Indonesia. Sebagai
balas budi, pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya mempermudah pemasaran
jamu ke luar negeri. Atau memberikan insentif khusus kepada industri jamu yang
mau membantu lembaga penelitian mengembangkan dan memasarkan produk mereka
berupa penggunaan produk-produk jamu tersebut di dalam rapat-rapat kenegaraan, jamuan-jamuan
pemerintah asing, dan sebagainya.
8. Balik
Mengancam Produk Herbal Luar
Beberapa produk herbal
yang berasal dari luar negeri, utamanya TCM sudah sejak lama mengancam produk-produk
herbal buatan bumi pertiwi, salah satunya jamu. Keberadaannya dinilai mengancam
karena mampu merambah hingga 10% dari total nilai pasar herbal di Indonesia. Dan
diprediksi mengalami kenaikan secara berkelanjutan. Ancaman ini semestinya
tidak terlalu buruk jika Indonesia memiliki peluang yang sebanding.
Kenyataannya, pasar herbal Tiongkok sangat sulit ditembus.
Pemerintah harus
mengkoreksi kebijakan impor produk-produk TCM dan menyeimbangkannya dengan
kebijakan ekspor jamu ke Tiongkok. Promosi produk-produk TCM di televisi
Indonesia harus memiliki porsi yang sama dengan iklan produk-produk jamu di
Tiongkok.
9. Promosi
Berkelanjutan di Dalam dan Luar Negeri
Jenis usaha apapun
memerlukan promosi untuk memasarkan dan memperluas lahan bisnisnya, termasuk
jamu. Pemerintah berperan cukup banyak di sini baik untuk mempromosikannya di
dalam maupun luar negeri. Semisal menetapkan jamu sebagai minuman wajib di
kantor-kantor pemerintahan, suguhan utama turis dan pejabat-pejabat luar negeri
yang singgah di Indonesia, sampai produk minuman yang harus disediakan di
kantin-kantin sekolah dan sarana umum lainnya.
Tidak cukup pemerintah,
masyarakat juga harus mempromosikan jamu melalui sarana apapun. Bisa melalui
media sosial seperti facebook, twitter, instagram, path, blog seperti saya dan
sebagainya. Tidak harus menulis artikel seperti saya, bisa juga dengan berfoto
selfie sambil meminum jamu, menjual produk-produk jamu via online, atau mengadakan
lomba-lomba bertemakan jamu. Atau membuat sebuah komunitas pencinta jamu di
grup media sosial untuk menjaring lebih banyak masyarakat mencintai jamu. Yang
terpenting, usaha kalian untuk turut serta dalam mengembangkan jamu di
Indonesia dan dunia. Barangkali ada teman media sosial dari luar negeri yang
tertarik mencoba jamu setelah melihat posting kalian.
Untuk mahasiswa yang
menuntut ilmu di luar negeri, bisa juga membuat atau minimal menjual
produk-produk jamu yang diekspor dari Indonesia dan memasarkannya di kampus. Untuk
ibu rumah tangga, bisa membantu tetangga-tetangga yang sakit dengan meracik
jamu atau membelikan jamu kepada yang bersangkutan sekaligus mempromosikan
khasiat jamu. Begitupun yang bekerja di instansi luar negeri.
Sebagai kesimpulan,
melestarikan dan menduniakan jamu adalah tugas kita bersama. Bukan hanya
pemerintah, bukan hanya peneliti, bukan hanya pengusaha jamu, tetapi semua
komponen masyarakat. Tidak secara terpisah-pisah, namun bergandengan tangan
untuk membentuk sebuah kekuatan. Kekuatan untuk menjadi sebuah bangsa yang
besar. Bangsa yang mencintai dan melestarikan produk budayanya sendiri.
Komentar
Posting Komentar