www.syariahfinance.com |
Meski memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia dengan mayoritas pemeluk Islam, nyatanya geliat bank syariah di Indonesia belum menunjukkan tingkat perkembangan yang mengesankan. Kurang diterapkannya standarisasi terhadap produk-produk keuangan syariah, lambannya inovasi, terbatasnya pakar dan SDM ekonomi syariah serta kurang efektifnya sosialisasi menjadi penyebab masyarakat masih enggan menggunakan produk-produk keuangan syariah.
Kurangnya minat masyarakat
terhadap produk keuangan syariah
lebih banyak disebabkan adanya pandangan ‘sinis’ awam terhadap bank syariah yang diragukan kesyariahan
produk-produk keuangannya, kurangnya pemahaman tentang sistematika ekonomi
syariah serta penggunaan istilah-istilah yang kurang familiar di telinga
masyarakat. Anggapan asing dan kecurigaan ini menegaskan masih lamban dan
kurang efektifnya sosialisasi yang dilakukan pihak-pihak terkait.
Padahal secara sistematika, keuangan syariah memiliki banyak
keunggulan baik dari segi spiritual maupun rasional, salah satunya sistem bagi
hasil yang diterapkan di bank syariah
menggantikan sistem bunga yang dihukumi riba oleh sebagian besar ulama. Keunggulan-keunggulan
tersebut semestinya menjadi alasan utama masyarakat beralih ke produk-produk keuangan syariah. Akan tetapi karena
kurangnya pemahaman dan pengetahuan menjadikan mereka enggan menjadi nasabah bank syariah, yang muaranya merugikan
diri mereka sendiri.
Pendekatan Ala Walisongo
Berkembangnya Islam di
nusantara hingga menjadikannya agama mayoritas dengan pemeluk terbanyak tidak
terlepas dari kegigihan walisongo dalam menyerukan ajaran Muhammad di seluruh
pelosok Jawa. Metode dakwah dikemas dalam bentuk-bentuk yang menarik sehingga ajarannya
dapat diterima dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat. Para walisongo
adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, tidak hanya dari segi keimanan namun
juga di berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, kesehatan, politik,
budaya, kesenian, hingga pertanian. Kecakapan dan kreatifitas mereka telah
mengantarkan Islam mencapai peradaban baru di Indonesia, khususnya pulau Jawa.
Memiliki nama asli Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Gresik dikenal sebagai pionir penyebaran Islam di pulau
Jawa. Beliau berperan banyak dalam upaya pemberdayaan masyarakat kelas bawah,
salah satunya mengajarkan teknik-teknik bercocok tanam dengan metode terbaru. Di
bidang kesehatan, beliau juga merangkul masyarakat kelas bawah dengan
memberikan pengobatan secara gratis.
Pendekatan melalui
pemberdayaan masyarakat masih sangat relevan dan efektif untuk diaplikasikan di
era sekarang. Targetnya adalah golongan masyarakat kelas bawah dimana sebagian
besar di antaranya masih menggantungkan hidup pada hasil pertanian dan
perkebunan. Salah satu caranya adalah dengan membentuk sebuah komunitas petani
di berbagai wilayah dan melakukan pendampingan terhadap para petani. Para pendamping
haruslah seseorang yang berkompeten di bidang pertanian sekaligus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai Islam dan keuangansyariah. Selama proses pendampingan, pendamping memberikan penyuluhan
mengenai produk-produk keuangan syariah
sehingga masyarakat awam mengenal dan memahami keunggulan-keunggulan yang
dimiliki bank-bank syariah. Pendamping
juga memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para
petani, semisal memberikan metode-metode pertanian atau menyarankan untuk meminjam
di bank syariah apabila memiliki
permasalahan permodalan di bidang pertanian.
blog.umy.ac.id |
Masyarakat kelas bawah
umumnya tidak memiliki akses pelayanan kesehatan yang memadai. Di sinilah peran
lembaga keuangan syariah dalam upaya
mensosialisasikan produk-produknya kepada masyarakat. Melalui pengobatan
gratis, masyarakat kelas bawah bisa digiring untuk menggunakan produk-produk keuangan syariah sebab kelangsungan
lembaga-lembaga tersebut akan memberikan dampak secara tidak langsung terhadap
kesehatan (melalui pengobatan gratis) dan kesejahteraan masyarakat kelas bawah
(melalui pemberdayaan masyarakat).
Contek Pendekatan Ala Sunan
Ampel
Bukan rahasia lagi bahwa pendidikan
sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan watak seseorang. Ini karena di
dalam prosesnya, seorang individu membagikan ilmu dan pemikirannya kepada
individu lain. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan mampu menyelesaikan
berbagai macam permasalahan karena memiliki pemahaman yang cukup. Melalui
pendidikan pula, watak atau karakter seseorang bisa berubah menjadi lebih baik.
Pendidikan sebagai ‘alat’
pembentuk kepribadian telah dilakukan Raden Rahmat atau yang lebih dikenal
sebagai Sunan Ampel. Beliau mendirikan sebuah pesantren di Ampel Denta-Surabaya
yang merupakan salah satu pusat penyebaran Islam tertua di Jawa.
Keberhasilan Sunan Ampel
menyebarkan Islam melalui pendidikan penting untuk diteladani sebab sejauh
ini-sepengetahuan penulis-pendidikan berbasis keuangan syariah masih terbatas di kalangan mahasiswa saja. Itupun dalam
lingkup yang sangat kecil, yakni beberapa universitas berbasis Islam dan segelintir
universitas umum. Itu artinya hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki
pemahaman dasar mengenai keuangansyariah, sementara yang lain tidak memiliki pemahaman yang cukup, bahkan sama
sekali tidak mengenal.
www.moroccoworldnews.com |
Baiknya pendidikan berbasis keuangan syariah dilakukan sedini
mungkin dan dijadikan salah satu mata pelajaran wajib di berbagai lembaga
pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini
penting supaya generasi masa depan memiliki pemahaman yang cukup dan mengetahui
keunggulan-keunggulan yang dimiliki lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangansyariah juga bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan dengan
mengadakan buku tabungan khusus bagi siswa, guru dan karyawan guna menjaring lebih
banyak nasabah dan memberikan manfaat kepada mereka. Namun apabila penerapan
mata pelajaran keuangan syariah
dirasa terlalu sulit, maka alternatif kedua adalah dengan mengadakan seminar
atau kuliah umum ke sekolah dan kampus secara rutin.
www.gontor.ac.id |
Selain lembaga pendidikan
umum, pesantren yang merupakan lembaga pendidikan berbasis Islam sekalipun
masih minim pemahaman mengenai keuangansyariah, bahkan ada kesan menghindari lembaga-lembaga keuangan syariah yang dianggapnya sama dengan lembaga keuangan
konvensional. Inilah yang mendasari pentingnya sosialisasi di lingkungan
pesantren. Kiai sebagai individu yang paling berpengaruh baik di lingkungan
intern maupun ekstern pesantren adalah orang pertama yang mendapatkan
sosialisasi tersebut. Jika Kiai bisa menerima keuangan syariah, maka bisa dipastikan seluruh ustadz, santri,
bahkan warga sekitar pesantren mau menerima dan menjadi nasabah bank syariah.
Contek Pendekatan Ala Sunan
Kudus
Salah satu kelebihan yang
dimiliki Sunan Kudus atau Ja’far Sidiq adalah keahliannya dalam bidang ilmu
agama, terutama ilmu fiqh, ushul fiqh, tafsir, tauhid, dan logika. Kelebihan
yang membuatnya berbeda dari kebanyakan wali hingga mendapat julukan al-‘alim
(orang yang memiliki keluasan ilmu). Selain menjadi pemimpin agama, Sunan Kudus
juga dipercaya menduduki kursi penting di pemerintahan dengan menjabat sebagai
panglima perang Kesultanan Demak.
Orang-orang berilmu memang
selalu menjadi panutan dikarenakan keluasan ilmu yang dimilikinya. Di era
sekarang, al-‘alim lebih dikenal dengan sebutan ulama. Seperti halnya seorang wali
di era terdahulu, ulama pun memiliki pengaruh besar terhadap cara pandang dan pengambilan
keputusan mengenai baik-buruknya suatu perkara dalam kaitannya dengan hukum
Islam. Jika seorang ulama mengatakan keuangansyariah baik, maka masyarakat Muslim-pun akan mengiyakannya. Karena itu,
penting dilakukan sosialisasi terhadap ulama-ulama di Indonesia, terutama yang
menduduki kursi-kursi pemerintahan.
Contek Pendekatan Ala Sunan Gunung
Jati
Selain ulama, seseorang yang
juga berpengaruh besar terhadap cara pandang masyarakat terhadap suatu perkara adalah
pemimpin. Bahkan seorang pemimpin memberikan andil besar dalam pengambilan
kebijakan di wilayah kekuasaannya. Salah satu pemimpin yang sukses dalam urusan
pemerintahan dan penyebaran ajaran Islam adalah Sunan Gunung Jati. Bernama asli
Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati berhasil mengembangkan Cirebon sebagai
pusat dakwah dan pemerintahan dengan menjadikannya Kesultanan Cirebon. Tak cukup
di Cirebon, beliau juga melebarkan sayap dakwahnya ke beberapa wilayah di Jawa
Barat, di antaranya Majalengka, Kuningan, Sunda Kelapa dan Banten. Beliau
sangat dihormati, tidak hanya oleh rakyatnya, namun juga raja-raja lain karena
kedudukannya sebagai walisongo sekaligus raja.
Di era sekarang, pemimpin
tidak harus orang nomer satu di Indonesia. Selain presiden, walikota/gubernur, bupati,
perangkat desa, bahkan seorang ayah sekalipun memberikan pengaruh yang besar
terhadap cara pandang dan pengambilan keputusan dalam sebuah keluarga. Ketika
seorang pemimpin mengatakan bank syariah
baik dan memerintahkan warganya untuk menggunakan produk-produk keuangan syariah, maka besar
kemungkinan masyarakat mentaati. Maka penting sekali mensosialisasikan keuangan syariah kepada para pemimpin di
negeri ini.
onlineindo.tv |
Contek Pendekatan Ala Sunan
Bonang
Raden Maulana Malik Ibrahim
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Bonang adalah putra dari Sunan
Ampel. Meski memiliki hubungan darah, akan tetapi cara berdakwah keduanya
sangatlah berbeda. Darah seni yang kental dan kreatifitas yang tinggi membuat
banyak orang terbius dengan teknik dakwah Sunan Bonang yang tidak menjemukan. Beliau
menggunakan pentas wayang sebagai sarana dakwah dengan mengubah lakon dan
memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Selain itu, beliau juga mengubah gamelan
Jawa yang kental dengan nuansa Hindhu dan Budha, dengan menambahkan instrumen
Bonang disertai lirik-lirik bernuansa ketuhanan. Salah satu karyanya yang
fenomenal dan abadi adalah tembang ‘Tombo Ati’.
Keluesan Sunan Bonang dalam
menarik minat masyarakat dan kejeliannya dalam menangkap peluang patut
dijadikan teladan. Ketika itu, banyak orang menggemari pentas seni sehingga beliau
menyampaikan dakwah melalui wayang dan tembang-tembang yang bernuansa Islami.
Memasuki era digital, banyak
orang menghabiskan waktunya untuk menatap layar monitor atau smartphone, baik untuk membuka email, membaca
artikel, browsing atau sekedar bercengkerama dengan kawan-kawan di sosial media.
Bukan hanya remaja, anak-anak hingga lansia sekalipun sangat akrab dengan perangkat
elektronik dan sebagian besar di antaranya menggandrungi internet. Peluang ini,
apabila dimaksimalkan bisa menarik minat banyak orang untuk menggunakan
produk-produk keuangan syariah. Bisa
melalui artikel di blog/website (seperti saya), video-video kreatif, animasi, ebook,
komik digital, bahkan meme. Semakin tinggi kreatifitasnya, semakin besar peluang
menarik minat masyarakat untuk menggunakan produk keuangan syariah.
Sebagai tambahan,
instansi/perusahaan/organisasi berbasis keislaman juga bisa menjadi ladang/sarana
mensosialisasikan keuangan syariah yang potensial. Sedikit tips dari saya
semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua.
Referensi:
Anonim. 2012. Peningkatan Efektifitas Sosialisasi
Perbankan Syariah Di Kalangan Masyarakat dengan Menggunakan Pendekatan M2M
(Mouth to Mouth Marketing). http://rahmadpenelitimuda.blogspot.co.id/2012/06/peningkatan-efektifitas-sosialisasi.html. Diakses
21 September 2015.
Anonim. 2014. Peran Walisongo di Tanah Jawa. http://umrohsamawi.com/penyebaran-islam-oleh-wali-songo/. Diakses
21 September 2015.
semakin kesini lembaga atau perbankan syariah makin luas :)
BalasHapusSemoga kualitas perbankan syariah semakin baik, ya, supaya makin banyak yang menjadi nasabahnya.
BalasHapusiya, mgkin dg mencontek sosialisasi ala walisongo, perbankan syariah bs melebihi popularitas bank konvensional
BalasHapussip sip sip gutlak yak
Amin, makasih dah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak.
HapusTerima kasih sudha berkunjung. Salam kenal kembali....
BalasHapus