Langsung ke konten utama

Damai Dulu, Baru Islam


www.muslimedianews.com


Jika tiada cinta dunia akan membeku.” Begitulah ungkapan penyair sufi besar kelahiran Balk, Jalaluddin Rumi, dalam karyanya yang berjudul Matsnawi. Mengingatkan kita betapa pentingnya kehadiran cinta dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungannya antar sesama manusia, antar bangsa dan kebudayaan, maupun antar sistem hidup yang berbeda. Bahkan Rasulullah bersabda dalam hadisnya, “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Lalu menegaskan dalam hadis lainnya, “Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscahya yang ada di langit akan menyayangimu.” Selain dua hadis itu, masih banyak lagi sabda-sabda Rasulullah yang menyeru perihal keutamaan menyayangi sesama makhluk Allah.

Konflik Sebagai Akibat dari Ketiadaan Cinta

Pada dasarnya masing-masing manusia adalah unik. Keunikan yang membuatnya berbeda dari yang lain. Tidak hanya paras wajah, namun juga ras, etnis, suku, agama, budaya, bangsa dan sebagainya. Tidak melulu soal fisik, perbedaan juga terletak pada hal-hal yang tak terlihat seperti perasaan dan pemikiran. Perbedaan-perbedaan itu, apabila tidak disikapi dengan bijak maka akan menimbulkan suatu konflik. Besar maupun kecil.

Dalam lingkup yang paling kecil seperti keluarga saja, perbedaan pendapat antara suami dan istri berpotensi besar menimbulkan konflik. Apalagi dalam lingkup yang lebih besar seperti kelompok masyarakat dimana di dalamnya terdapat banyak individu dengan beragam karakter, pemikiran, pemahaman, latar belakang, dan perasaan yang berbeda-beda? Jelas konflik lebih mudah terjadi. 

poskotanews.com


Namun konflik tidak selalu berarti kekerasan, permusuhan, peperangan, atau perpecahan. Petaka itu hanyalah muara dari ketiadaan cinta dan kebekuan hati di antara pihak-pihak yang berselisih. Mereka hanya mengandalkan akal, atau terkadang dibarengi nafsu duniawi sehingga menjadikannya gelap mata dan bahkan memiliki niat untuk menumbangkan pihak lain.

Dalam ajaran Islam, peperangan hanya boleh dilakukan apabila seseorang berada dalam kondisi terancam. Ini tertuang dalam ayat-Nya yang berbunyi, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Dalam ayat tersebut, jelas Allah memerintahkan umat-Nya berperang hanya jika ia diserang terlebih dahulu. Itupun tidak diperkenankan melampaui batas.

Kalimat “perangilah di jalan Allah” memperingatkan manusia bahwa peperangan yang dilakukan bukanlah demi sebuah kekuasaan, kekayaan, atau dendam pribadi, melainkan upaya mempertahankan hak-hak pribadi sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah.

Allah sangat menentang orang-orang yang menumpahkan darah sesamanya (di jalan yang bukan merupakan bentuk ketaatan kepada Allah), bahkan mengibaratkan seseorang yang membunuh satu manusia, seolah-olah dia telah membunuh seluruh manusia. Dalam Haji Wada, Rasulullah juga menegaskan bahwa darah dan harta manusia adalah suci sampai datangnya hari Kiamat. Maka wajib bagi seorang muslim untuk mempertahankan keselamatan jiwa dan hartanya sebab itu merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya.

Meskipun nyaris tidak mungkin menghindari konflik, namun sebagai makhluk yang diberi kelebihan berupa kecerdasan akal pikiran dan nurani, mestinya setiap individu berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dan meredam konflik tersebut.

Islam, Agama yang Cinta Damai

Islam secara etimologi berarti ‘keselamatan’, ‘perdamaian’ dan ‘penyerahan diri secara penuh kepada Allah’. Jika Islam diterjemahkan sebagai ‘perdamaian’, maka terjemahan dari ayat Allah adalah “Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah agama perdamaian”. Itu artinya setiap muslim wajib mencintai perdamaian sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah dan sebagai jembatan untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

‘Damai’ juga merupakan salah satu dari 99 nama Allah, yakni ‘Al-Salam’. Allah adalah sumber kedamaian dan menyukai kedamaian. Kedamaian batin didapat melalui hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya, salah satu caranya dengan melakukan ibadah shalat. Sementara kedamaian lahiriyah didapat melalui hubungan horizontal antar sesama manusia. Bunyi firman-Nya, “tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa..,” merupakan seruan Allah kepada umat-Nya supaya bersatu dalam upaya menciptakan perdamaian. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambanya selama hambanya menolong orang lain.”

Diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin juga menegaskan bahwa ajaran yang diembannya adalah ajaran yang penuh dengan rahmat. Bukan hanya bagi umat Islam, namun seluruh umat yang ada di bumi. Tidak hanya bagi manusia hewan dan tumbuhan saja, akan tetapi bagi seluruh alam semesta.

Sebab kedamaian baru terlahir apabila seluruh milik-Nya menyatu, seperti alam semesta yang bersatu membentuk galaksi. Meskipun beraneka rupa, planet-planet di galaksi tidak pernah saling bergesekan atau mengambil orbit planet lain. Mereka hanya melintas di jalur yang telah ditetapkan oleh-Nya tanpa ingin mengganggu planet yang berada di sekitarnya. Bayangkan jika planet-planet itu membangkang terhadap aturan-Nya, pasti bencana besar akan menimpa planet-planet tersebut, bahkan berimbas kepada benda-benda lainnya di galaksi.

www.sciencemuseum.org.uk


Seperti pelangi, bumi tidak terdiri dari dua warna saja, hitam dan putih, melainkan jutaan warna yang melukis garis-garis kehidupan dan mengukir peradaban masing-masing. Warna-warni yang tidak diciptakan untuk saling menghina atau menjatuhkan, melainkan untuk mewujudkan keindahan. Bumi yang damai.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba #70thICRCid

Komentar

  1. ngga kebayang juga kalau dunia ini cuma ada dua warna, makin banyak warna mesti makin indah ya :) meskipun kadang perbedaan itu sering jadi masalah, tapi tetep aja bikin hidup jd lebih berwarna..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setangkup Mimpi Bersama Mama

Mama dulu bermimpi, menyaksikan anak Mama berdiri di atas panggung sambil memegang piala.  Lalu Mama diminta untuk berdiri di samping anak Mama disambut riuh tepuk tangan orang banyak. Wah, pasti bangga sekali memiliki anak yang berprestasi. Pernyataan itu begitu menusuk hatiku. Betapa aku telah gagal mewujudkan impian sederhana Mama. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mewujudkannya. Namun setiap kali mencoba, aku selalu gagal. Bahkan hingga lulus SMA, belum ada satupun piala yang berhasil aku bawa pulang. Akankah aku menyerah? Tentu saja tidak. Justru pernyataan itu menamparku untuk berusaha lebih keras lagi. Aku mengikuti beragam lomba menulis dan beberapa kali memenangkannya. Sayang, tidak ada awarding ceremony sehingga impian untuk berdiri sambil memegang piala di hadapan banyak orang masih belum terwujud. Hingga suatu ketika, aku mendapat telepon dari panitia lomba untuk menghadiri acara penganugerahan pemenang lomba blog di Jakarta. Seketika perasaanku membumbung tinggi

Dedikasi 60 Tahun Astra, Inspirasi Keberlanjutan Menuju Kebanggaan Bangsa

Menjejaki usia 60 tahun bagi sebuah bisnis bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak perusahaan mampu selamat dari badai krisis bersejarah 1998 yang membangkrutkan perekonomian nasional. Satu dari sedikit bisnis yang mampu bertahan itu adalah Astra. Meski tertatih, Astra membuktikan diri bangkit dan berkembang pesat hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan terbaik regional dalam kurun waktu kurang dari 60 tahun. Dari hanya memiliki empat karyawan, kini jumlah karyawan Astra telah membengkak hingga 221.046 yang bekerja di 198 perusahaan Grup Astra. Aktivitas bisnis Grup Astra pun berkembang pesat meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan agribisnis, infrastruktur, logistik serta teknologi informasi. Pengalaman menghadapi krisis 1998 dan kemapanan finansial yang baik membuat Astra lebih tangguh menghadapi badai-badai selanjutnya, termasuk tantangan melemahnya perekonomian global sepanjang tahun 2015 lalu. Astra bahkan masih sangg

Jejak Perjuangan Fatmawati, Sang Perajut NKRI #FatmawatiPerajutNegeri #PahlawanBengkulu

Rumah panggung yang terletak di Jalan Fatmawati Nomor 10 Kota Bengkulu itu tampak lengang seperti biasanya. Hanya petugas dan sesekali pengunjung yang bertandang ke bangunan tua nan asri tersebut. Gurat sejarah yang terukir di sudut-sudut ruangan seolah gagal membangkitkan minat masyarakat untuk menggali lebih dalam sosok ibu negara pertama ( first lady -nya) Indonesia tersebut. Padahal seperti pejuang lainnya, Fatmawati memiliki peran penting dalam proses kelahiran bangsa Indonesia. Maka dari itu, menjelang hari pahlawan ini, saya ingin mengajak Anda untuk mengenal lebih jauh sosok Fatmawati sebagai salah satu pahlawan nasional wanita di Indonesia. Merajut Cinta dan Asa untuk Indonesia Bersama Bung Karno Setelah menikah secara wali pada bulan Juni 1943, Fatmawati menyusul sang suami ke Jakarta dan bergabung bersama para pejuang lainnya untuk turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bersama sang suami, Fatmawati kerapkali mengeluarkan pendapatnya mengenai langkah-l