Langsung ke konten utama

Kikis Budaya Uang, Asah Senjata Kearifan Lokal Suku Samin



foto.tempo.co


Bukan suatu hal yang baru bahwa arus modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi telah mengikis identitas dan ideologi suatu bangsa, salah satunya Indonesia.  Produk-produk budaya bangsa yang menjadi kearifan lokal dan diwariskan secara turun temurun harus kehilangan eksistensinya lantaran ‘kalah saing’ dengan produk-produk budaya asing yang ditawarkan arus globalisai. Produk-produk unggul bangsa semisal gotong royong, toleransi, dan etos kerja harus menelan ‘pil pahit’ tergerus oleh gaya hidup hedonisme dan konsumerisme yang telah mendominasi masyarakat Indonesia.

Mirisnya, budaya ‘uang’ semacam itu justru dipertontonkan secara membabi buta oleh para publik figur melalui media massa, dua diantaranya adalah selebritis dan pejabat negara. Korupsi dan prostitusi di kalangan selebritis pada akhirnya menjadi sebuah ‘tren’ baru sebagai akibat dari lunturnya nilai moral dan etika sehingga membuatnya kehilangan rasa malu.

malesbanget.com


Kearifan Lokal Suku Samin Sebagai Senjata Pertahanan Bangsa

Kearifan lokal pada dasarnya adalah produk-produk budaya lokal yang mengandung kebajikan-kebajikan sehingga menjadi nilai-nilai luhur sebuah bangsa. Kebajikan-kebajikan itu kemudian diwariskan secara turun-temurun dan keberadaannya dipertahankan sehingga tidak punah. Salah satu kearifan lokal yang masih lestari hingga sekarang adalah paham saminisme yang dianut masyarakat Dusun Jepang, salah satu dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Jawa Timur.

Tentang Suku Samin

Suku Samin, atau wong Sikep atau Sedulur Sikep, adalah sekelompok masyarakat yang mendiami pulau jawa, tepatnya di kawasan Pegunungan Kendeng. Mereka merujuk kepada para penganut paham saminisme yang mengobarkan semangat perlawanan terhadap bangsa penjajah melalui gerakan non-kekerasan (sikep). Bentuk-bentuk perlawanan tersebut antara lain menolak membayar pajak, menolak kerja rodi, tidak mau bekerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada pemerintahan Belanda dan menolak segala peraturan yang dibuat bangsa kolonial. 

Ajaran Saminisme pertama kali disebarkan oleh Samin Surosentiko, seorang bangsawan yang memiliki nama asli Raden Kohar, dan sengaja mengganti namanya supaya lebih mudah berbaur dengan rakyat kecil. Beliau menyebarkan ajaran Saminisme pertama kali di Desa Klopoduwur, Blora, dan mendapatkan simpati yang luar biasa dari rakyat. Awalnya aksi tersebut dibiarkan saja oleh bangsa kolonial karena dianggap tak lebih sekedar upaya penyebaran agama baru. Akan tetapi seiring bertambahnya jumlah pengikut dan nilai-nilai ajarannya yang dianggap membahayakan keberadaan kaum penjajah, membuat mereka resah sehingga banyak di antara para penganut paham saminisme yang ditangkap dan dibuang ke luar Jawa, termasuk salah satunya Samin Surosentiko sendiri.



Selain ajaran menolak kapitalisme, beberapa hal tentang suku Samin juga terbilang cukup unik. Dari segi bahasa semisalnya, suku Samin tidak mengenal adanya tingkatan jenis bahasa seperti lazimnya orang Jawa. Mereka umumnya menggunakan bahasa Jawa ngoko yang dicampur dengan Jawa kawi sehingga terkesan kasar bagi masyarakat Jawa. Meski demikian, bukan berarti masyarakat Samin tidak mengenal sopan santun dan tidak menghormati orang lain. Bagi mereka, cara menghargai seseorang bukanlah melalui bahasa, melainkan sikap dan perbuatan. Hal itu terlihat dari cara mereka menyambut tamu. Seperti dilansir situs Visitbojonegoro.com, masyarakat Samin terbiasa mengeluarkan semua makanan yang mereka miliki untuk dihidangkan sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu.

Selain dari segi bahasa, cara berpakaian orang Samin-pun terbilang cukup unik. Mereka biasanya menggunakan pakaian serba hitam, yang terdiri atas baju lengan panjang tanpa kerah dan celana selutut. Untuk laki-laki, masyarakat Samin menggunakan ikat kepala sebagai pengganti peci, sementara wanitanya mengenakan kebaya lengan panjang dengan kain sebatas lutut atau maksimal di atas mata kaki.

http://www.bloggerbojonegoro.com
 
Hal unik lainnya terlihat dari pemukiman suku Samin yang mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah. Tidak seperti umumnya rumah-rumah modern yang menggunakan batu bata dan semen, suku Samin masih menggunakan kayu dan bambu sebagai bahan bangunannya. Bentuknya pun masih sangat tradisional, yakni berupa limas, kampung dan joglo. Uniknya lagi, pembangunan kamar mandi dan sumur diperuntukkan bagi banyak keluarga dan diletakkan cukup jauh dari rumah (sumber: Wikipedia).

trifosa1.blogspot.com
 
Perubahan Bukan Berarti Kehilangan Jati Diri

Meskipun apa yang saya sampaikan di atas tidak sepenuhnya mencerminkan suku Samin era sekarang, dimana arus globalisasi dan modernisasi telah memberikan perubahan di berbagai aspek kehidupan, namun perubahan itu tidak lantas membuat mereka kehilangan jati diri. Modernisasi memang merubah tatanan fisik suku Samin yang ditandai dengan pembangunan aspal, jaringan listrik, telepon, hingga komputer, akan tetapi tidak demikian halnya dengan prinsip hidup yang selama ini mengakar kuat di dalam jiwa mereka. Nyatanya, meski hidup di era modern, warga Dusun Jepang masih mempertahankan dan mengamalkan ajaran-ajaran luhur Saminisme.

Nilai Spiritualitas

Meski bukan merupakan satu dari enam agama yang diakui oleh negara, namun keberadaan agama Adam (aliran kepercayaan yang dianut masyarakat Samin) masih tetap eksis hingga sekarang. Seperti lazimnya paham lain, agama Adam juga memiliki pedoman hidup yang tertuang dalam “kitab suci” yang diberi nama Serat Jamus Kalimasada. Kitab ini mengandung banyak sekali ajaran dan falsafah hidup yang tertuang dalam syair dan gurita, di antaranya Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-Uri Pambudi, Serat Jati Sawit, dan Serat Lampahing Urip.

Ajaran spiritual suku Samin yang mengandung kearifan lokal salah satunya tertuang dalam Serat Uri-Uri Pambudi sebagaimana ditulis Huzer Apriansyah dalam karyanya Saminisme dan Islam Jawa sebagai berikut;

“...Janjining manungsa gesang wonten dunya punika dados utusaning Pengeran, sageda amewahi asrining jagad, namung sadarni nglampahi. Dados dhumawahing lalampahan begja tuwin cilaka, bingah tuwin susah, saas tuwin sakit, sadaya wau sampun ngantos angresula sanget. Amergi sampun sagah dene prajanjining manungsa. Gesang wonten ing dunya punika segeda angestotaken angger-anggering Allah, dateng asalipun piyambak-piyambak...”

(Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah keindahan jagat raya. Dalam hubungan ini manusia harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekadar melaksanakan perintah. Oleh karena itu, apabila manusia mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, sedih, dan gembira, sehat, sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan. Sebab manusia adalah terikat pada perjanjiannya. Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi hukum Tuhan, yaitu memahami pada asal usulnya masing-masing).

Ajaran menerima semua yang sudah menjadi ketentuan-Nya selaras dengan kearifan lokal bangsa kita, yakni konsep nrimo ing pandum dalam budaya Jawa. Nrimo ing pandum juga mengajari manusia untuk senantiasa bersyukur dan cukup atas rezeki yang telah dilimpahkan kepadanya. Sikap semacam ini akan menghindarkan seseorang dari sikap rakus dan obsesi berlebihan terhadap kemegahan duniawi yang mendorong pelakunya melakukan tindakan-tindakan penyimpangan, di antaranya korupsi dan prostitusi.

www.arrahmah.com
  
Ajaran untuk menyadari posisi manusia sebagai “pesuruh Tuhan” sehingga harus menjalankan hidup secara apa adanya sesuai dengan perintah Tuhan juga selaras dengan falsafah hidup orang Jawa, yaitu “manungsa sadermo nglakoni kadyo wayang umpamane”. Dalam ajaran tersebut, manusia diminta untuk menjalani hidup apa adanya seperti lakon wayang yang patuh terhadap skenario dalang.

Masih dalam Serat Uri-Uri Pambudi, ajaran spiritualitas suku Samin tidak terbatas hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya, melainkan juga hubungan antar sesama makhluk hidup dan semesta alam, yang berbunyi “...Gesang sejati punika inggih gesangi sagung dumados”. Artinya, hidup yang sejati itu adalah hidup yang menghidupi segala hal yang ada di semesta alam. Hal ini karena dalam ajaran agama Adam, urip (hidup) tidak pernah mati. Mati hanyalah salin sandangan atau berganti pakaian, sebab yang mati adalah jasadnya saja, sementara ruh manusia abadi. Maka setiap manusia harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain dan semesta alam.
Ajaran ini selaras dengan falsafah hidup orang Jawa “urip iku urup”. Maksudnya, hidup itu nyala, maka hendaknya kita memilih hidup yang memberi manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Dalam ajaran Islam, konsep “urip iku urup” juga tertuang dalam salah satu ayat Al Quran Surat Al-Anbiya ayat 107 yang menyebut manusia sebagai rahmatan lil 'alamin atau rahmat bagi semesta alam. Tiga ajaran tersebut memiliki kesamaan makna, yakni hidup untuk menebar kebaikan bagi sesama dan alam. Ajaran-ajaran tersebut jelas menentang gaya hidup hedonisme dan konsumerisme yang mementingkan kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri.

Nilai Sosial

Telah disinggung sebelumnya bahwa saminisme tidak sekedar mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan saja, melainkan mengatur pula hubungan antar sesama manusia. Hal itu tertuang dalam angger-angger partikel yang menjadi pedoman hidup masyarakat Samin, sebagai berikut:

Tumandukipun sageda anglenggahi keleresan tuwin mawi lalapah ingkang ajeng, sampun ngantos miyar-miyur.Tekadipun sampun ngantos keguh dening godha rencana, tuwin sageda nglampahi sabar lair batosipun, amati sajroning urip.”

Ajaran tersebut mengandung pengertian bahwa setiap tujuan baik bersumber dari niat yang baik. Ketika seseorang sudah memiliki niat dan tujuan yang mulia, maka dia harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan niatnya. Tidak mudah goyah oleh godaan-godaan yang sifatnya melenceng dari tujuan awal.

Korupsi merupakan salah satu contoh kegagalan seseorang dalam menyikapi godaaan. Namun demikian, tidak selalu tindakan korupsi dilakukan ketika seseorang telah memangku suatu jabatan. Bisa jadi, penyelewengan tersebut sudah direncanakan sejak awal, jauh sebelum memangku jabatan. Jika demikian, maka benarlah falsafah orang Jawa yang berbunyi tha- tukul saka niat” atau segala hal dimulai dari niat. Jika niatnya saja sudah buruk, maka sudah bisa dipastikan jalan yang dilalui dan tujuan yang hendak dicapai akan buruk. Hal ini jelas bertentangan dengan falsafah Jawa yang mengajari kita untuk “aja milik barang kang melok, aja mangro mundhak kendo” atau jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, indah, dan jangan plin-plan supaya niat dan semangat kita tidak mudah goyah.

Masih dalam angger-angger partikel, Saminisme juga mengajarkan manusia untuk bersikap sabar dalam menghadapi segala cobaan. Berikut ini lanjutan dari angger-angger partikel sebelumnya;

Sanadyan kataman sakit, ngerakaos pagesangnipun, ketaman sok serik serta pengawon-awon saking sanes, sadaya wau sampun ngantos ngeresula serta amales piawon, nanging panggalihipun sageda lestari enget.”

Dalam bunyi kalimat di atas, Saminisme mengajari manusia untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi segala cobaan, baik berupa sakit, kesulitan hidup, maupun cobaan berupa dijauhi/dicaci orang. Dalam falsafah Jawa sekalipun, kita diajari untuk bersikap sabar karena “sabar iku lire momot kuwat nadhang sakehing coba lan padhadharaning ngaurip”. Sabar adalah kemampuan untuk menahan segala macam godaan/cobaan dalam hidup yang nantinya mampu mendewasakan diri seseorang.

Kesulitan hidup acapkali membuat seseorang lupa diri hingga menyeretnya ke dalam perbuatan-perbuatan yang melenceng dari ketentuan Tuhan, salah satunya perampasan hak melalui tindakan pencurian dan perampokan. Era ini, budaya uang telah membuat ‘kesulitan hidup’ menjadi sesuatu hal yang relatif. Jika dahulu kesulitan hidup tergambarkan oleh ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka era ini kesulitan hidup tergambarkan oleh ketidakmampuan membeli kebutuhan-kebutuhan sekunder, bahkan tersier.

Ibu-ibu rumah tangga merasa kesulitan hidup ketika tidak mampu membeli sepeda motor sejumlah anggota keluarga. Ibu-ibu sosialita merasa kesulitan hidup ketika tidak bisa membeli tas mewah seperti kepunyaan teman-temannya. Oleh sebab itu, bersabar adalah satu-satunya cara menyelesaikan kesulitan hidup. 

wartakota.tribunnews.com
Selain ajaran-ajaran tertulis, Saminisme juga menganut ajaran-ajaran yang bersifat lisan. Salah satunya adalah ajaran untuk menganggap semua orang sebagai saudara tanpa memandang status sosial dan harta. Hal ini diekspresikan dalam bentuk sapaan lur sedhulur (saudara) oleh masyarakat Samin.

Namun dalam kehidupan bermasyarakat sekarang, hubungan antar sesama manusia kerapkali diukur dari kesetaraan harta yang dimiliki, semisal jumlah kekayaan, pangkat, gaya hidup, dan elit politik. Interaksi semacam ini jelas melenceng dari tujuan awalnya sebagai sarana saling berbagi, berkasih sayang dan membantu satu sama lain, menjadi sarana untuk membentuk komunitas yang sewarna atau kelompok elit (sosialita).

Hubungan yang didasarkan pada ‘harta’ juga sangat rentan terhadap perpecahan. Ketika seseorang kehilangan sebagian atau seluruh hartanya, maka ia pun dijauhi oleh komunitasnya karena dianggap tidak lagi memiliki kesetaraan. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan karena semestinya kita membantu orang-orang yang sedang kesusahan, bukan malah menjauhinya.

Dalam falsafah hidup orang Jawa, kita mengenal istilah “tuna sathak bathi sanak” atau kehilangan harta, tambah saudara. Ajaran itu mengingatkan kita betapa penting dan berharganya hubungan antar sesama manusia, jauh melebihi harta. Ajaran bersedekah dan berbagi hadiah adalah contoh ‘penghilangan harta’ yang bertujuan mempererat tali persaudaraan dan sebagai wujud kasih sayang antar sesama makhluk Tuhan.

lintascinta.com
Ajaran-ajaran lainnya yang mengandung nilai sosial dalam tradisi lisan masyarakat Samin, antara lain; aja drengki (jangan dengki), aja srehi (jangan berkhianat), aja dahpen (jangan mencampuri urusan orang lain), aja kemeren (jangan iri hati), aja tukar padu (jangan bertengkar), nemu disingkiri (bila menemukan barang, kembalikan), aja kutil jumput, bedhog colong (jangan suka mengambil barang milik orang tanpa seizin pemiliknya), dan ucapan niku sing bener (berbicaralah yang benar).

Berbagai kearifan lokal masyarakat Samin apabila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat akan mampu mengikis budaya ‘uang’ yang secara nyata menghancurkan moral bangsa ini. 


Referensi:

Apriansyah, Huzer. 2013. Saminisme dan Islam Jawa. Diakses 07 Oktober 2015.

Suyatno, Soyono. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366. Diakses 07 Oktober 2015.

Anonim. 2014. Kearifan Lokal Suku Samin.http://www.visitbojonegoro.com/2014/11/kearifan-lokal-suku-samin.html. Diakses 07 Oktober 2015.

Rachman, Amir. 2012. Suku Samin: Hidup Tanpa Prasangka dan Anti Kekerasan.http://berita.maiwanews.com/suku-samin-hidu-tanpa-prasangka-dan-anti-kekerasan-25363.html. Diakses 07 Oktober 2015.

www.wikipedia.com

Komentar


  1. Halo, saya Magret Williams, pemberi pinjaman kredit pribadi, apakah Anda berhutang? Anda butuh dorongan finansial? Saya terdaftar secara hukum dan disetujui untuk mengendalikan lembaga keuangan. Saya memberikan pinjaman kepada lokal dan internasional untuk setiap orang yang membutuhkan pinjaman, dan dapat melunasi pinjamannya, dengan tarif 2%. Saya memberikan pinjaman via transfer rekening atau cek bank juga support. Tidak memerlukan banyak dokumen. Jika Anda ingin mendapatkan pinjaman dari perusahaan pinjaman terkemuka kami.
    Anda dapat menghubungi kami melalui Email: magretwilliamsloanfirm.com, Kami adalah profesional Perusahaan Industri Keuangan dengan Pengalaman Lebih dari 15 Tahun dan fokus untuk menyediakan 25 Bank Perdana Bank Dunia terutama dari Barclays, Deutsche Bank, HSBC, Credit Suisse ,.

    Kami Memfasilitasi instrumen Bank SBLC untuk Lease and Purchase. Apakah Anda adalah perusahaan startup, menengah atau besar baru yang memerlukan solusi finansial untuk mendanai bisnis Anda, membuat penyedia garansi bank yang terpercaya dan terpercaya yang bersedia mendanai Dan memberikan solusi pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis spesifik Anda.

    FITUR:
    Jumlah dari $ 1 juta sampai 50 Miliar +
    Euro atau Dolar AS
    Rp 5 juta sampai 50 Milyar +
    Great Magret Trust Account Protection
    Disampaikan via MT760, MT799 dan MT103 Swift dengan Full Bank Responsibility
    Pialang Selalu Lindungi

    AA menilai bank dunia seperti HSBC, Barclays, Dutch Ing Bank, Llyods e.t.c Karena itu adalah strategi terbaik dan teraman untuk klien kami.e.t.

    Agen Tertarik, Pialang, Investor dan Individu yang mengusulkan dana proyek internasional harus menghubungi kami.

    Nama: Magret Williams
    Kontak Mail: magretwilliamsloanfirm.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Data dan IoT, Dua Teknologi Pendukung Smart City

Perubahan zaman yang terjadi begitu cepat, perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota dan persaingan global yang kian tak terbendung telah menciptakan beragam persoalan di kota-kota besar di seluruh dunia, seperti kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Di sisi lain, perkembangan teknologi mutakhir dan jaringan internet yang meluas telah menciptakan peluang tersendiri bagi para pelaku bisnis maupun pelaku kepentingan publik. Dari dua fenomena besar itulah kemudian muncul gagasan Smart City. Smart City adalah sebuah gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Smart City menjadi solusi atas berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi sebuah kota. Teknologi Internet Of Things (IoT) Sumber Gambar Internet of things adalah sebuah gagasan untu

Setangkup Mimpi Bersama Mama

Mama dulu bermimpi, menyaksikan anak Mama berdiri di atas panggung sambil memegang piala.  Lalu Mama diminta untuk berdiri di samping anak Mama disambut riuh tepuk tangan orang banyak. Wah, pasti bangga sekali memiliki anak yang berprestasi. Pernyataan itu begitu menusuk hatiku. Betapa aku telah gagal mewujudkan impian sederhana Mama. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mewujudkannya. Namun setiap kali mencoba, aku selalu gagal. Bahkan hingga lulus SMA, belum ada satupun piala yang berhasil aku bawa pulang. Akankah aku menyerah? Tentu saja tidak. Justru pernyataan itu menamparku untuk berusaha lebih keras lagi. Aku mengikuti beragam lomba menulis dan beberapa kali memenangkannya. Sayang, tidak ada awarding ceremony sehingga impian untuk berdiri sambil memegang piala di hadapan banyak orang masih belum terwujud. Hingga suatu ketika, aku mendapat telepon dari panitia lomba untuk menghadiri acara penganugerahan pemenang lomba blog di Jakarta. Seketika perasaanku membumbung tinggi

Dedikasi 60 Tahun Astra, Inspirasi Keberlanjutan Menuju Kebanggaan Bangsa

Menjejaki usia 60 tahun bagi sebuah bisnis bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak perusahaan mampu selamat dari badai krisis bersejarah 1998 yang membangkrutkan perekonomian nasional. Satu dari sedikit bisnis yang mampu bertahan itu adalah Astra. Meski tertatih, Astra membuktikan diri bangkit dan berkembang pesat hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan terbaik regional dalam kurun waktu kurang dari 60 tahun. Dari hanya memiliki empat karyawan, kini jumlah karyawan Astra telah membengkak hingga 221.046 yang bekerja di 198 perusahaan Grup Astra. Aktivitas bisnis Grup Astra pun berkembang pesat meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan agribisnis, infrastruktur, logistik serta teknologi informasi. Pengalaman menghadapi krisis 1998 dan kemapanan finansial yang baik membuat Astra lebih tangguh menghadapi badai-badai selanjutnya, termasuk tantangan melemahnya perekonomian global sepanjang tahun 2015 lalu. Astra bahkan masih sangg