Langsung ke konten utama

Kemilau Mutiara Laut Selatan Indonesia yang Terancam Redup

anniesahasibuan.com

Maria Agnes Laurencia Alexandra, model Indonesia yang akrab disapa Laura Muljadi itu tampak anggun dalam balutan busana berwarna perak saat catwalk pada perhelatan fashion show Couture Fashion Week, New York, 13 Februari 2016 silam. Gaun tersebut merupakan satu dari 15 karya Masterpiece Anniesa Hasibuan, salah satu perancang busana muslim Indonesia yang terkenal dengan desainnya yang rumit. Mengusung tema “Pearl Asia”, Anniesa menampilkan sesuatu yang berbeda dari koleksi busana muslim sebelumnya. Ia tak lagi menggunakan kain-kain khas Indonesia, melainkan mengaplikasikan perhiasan yang sudah terkenal seantero dunia, yaitu Mutiara Lombok. 

anniesahasibuan.com

anniesahasibuan.com

anniesahasibuan.com
Mutiara Lombok dipilih Anniesa selain karena kualitasnya yang terbaik di dunia, juga demi mengangkat dan mempromosikan salah satu kekayaan alam dari wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat sebagai penghasil mutiara terbesar di dunia. Desain unik dan mewah yang dipadukan dengan kemilau Mutiara Lombok inilah yang mengantarkan Anniesa menjadi Best Fashion Designer dalam ajang bergengsi Cannes Red Carpet Fashion & Film Awards, Perancis, pada 25 Mei 2016 silam.
Prestasi Anniesa menjadi sinyal bahwa masyarakat dunia masih menaruh perhatian besar terhadap mutiara laut selatan. Lebih dari itu, langkah Anniesa dalam mengangkat mutiara Lombok ke dalam rancangan busananya menjadi ide branding yang sangat menarik dan patut dicontoh.
Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini imej Indonesian South Sea Pearl (ISSP) kian meredup lantaran maraknya mutiara imitasi asal Tiongkok yang beredar di pasaran Indonesia. Para pedagang menjual mutiara imitasi tersebut kepada para turis dan tak jarang melabelinya mutiara asli Lombok. Walhasil, para turis pun kecewa dan enggan untuk membeli mutiara Indonesia lagi.
Lain halnya dengan turis asing yang tertipu sewaktu berburu mutiara laut selatan ke Indonesia, pembeli lokal justru menyengaja dan bahkan menggemari mutiara air tawar asal Tiongkok tersebut. Pertimbangan harga yang jauh lebih murah menjadi pemicu utamanya, selain kurangnya pemahaman mengenai jenis dan kualitas masing-masing mutiara.
Pernah suatu ketika diadakan lelang mutiara dan ISSP dihargai sangat rendah. Hal ini lantas mendorong pengusaha lokal memasarkan produk mutiara grade C di pasaran Indonesia. Sementara produk mutiara kelas terbaik diekspor ke luar negeri lantaran kecenderungan mereka dalam menghargai suatu produk berdasarkan kualitas. Tak sekadar melihatnya dari sudut pandang harga.
Masalahnya, tidak banyak pelaku usaha budidaya mutiara memiliki jaringan luas di luar negeri. Akhirnya, banyak di antaranya gulung tikar lantaran kalah saing di pasaran dalam negeri. Namun bukan berarti perusahaan yang memiliki pasaran luar negeri terbebas dari masalah. Berbagai persoalan pun menghadang para pengusaha mutiara yang jumlahnya tinggal beberapa “biji” tersebut, seperti persoalan potensi mutu mutiara yang belum digarap maksimal, tingginya angka kematian kerang, hingga klaim mutiara Indonesia oleh negara lain.
Namun agaknya kabar ini tak semenarik saat Batik dan Tari Ponorogo diklaim oleh negara tetangga. Nyatanya, meski sama-sama merupakan potensi kekayaan bangsa yang dicuri negara lain, masyarakat tak menaruh perhatian khusus terhadap ISSP. Apalagi sampai menjadikannya isu hangat yang terus diperbincangkan di berbagai media, yang menyulut perhatian para petinggi negara hingga dilakukan penindakan tegas terhadap negara yang bersangkutan, lalu mematenkan ISSP sebagai produk milik bangsa.
Mengenal Lebih Dekat Mutiara Laut Selatan Indonesia 
Mutiara Laut Selatan adalah mutiara termegah, terindah, terbesar dan termahal di dunia. Ia merupakan mukjizat Palung Laut Banda yang mampu hidup di seluruh perairan Indonesia, di bagian selatan Filipina dan di bagian utara hingga barat Australia. Mutiara Laut Selatan merupakan anugerah alam yang lengkap dan sempurna, sebuah karya seni istimewa dan unik yang dihasilkan tiram raksasa berbibir emas dan perak yang tergolong langka di dunia, yaitu Pinctada maxima. 

pl.wikipedia.org
Kerang jenis ini hanya mampu bertahan di laut tropis yang hangat seperti Laut Selatan, utamanya di bagian utara Australia, bagian selatan Indonesia dan bagian selatan Filipina. Garis pantai bagian utara Australia dan selatan Indonesia yang masih perawan menjadi tempat yang penting bagi perlindungan dan keberlangsungan masa depan budiaya mutiara air laut selatan. Tanpa lingkungan yang terlindungi, tiram mutiara akan hibernasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya sehingga kerang menolak untuk menghasilkan lapisan mutiara (nacre) yang berharga. Tiram akan menunggu sampai setengah abad hingga situasinya tepat untuk mengeluarkan nacre yang merupakan lapisan-lapisan indah pembentuk butiran mutiara tersebut.
Keunikan Indonesian South Sea Pearl 

industri.bisnis.com
Saat ini, nyaris sulit menemukan mutiara hasil proses alami laut. Sebagian besar mutiara yang dijual di pasaran adalah hasil budidaya peternakan mutiara. Di Indonesia sendiri, South Sea Pearl banyak dibudidayakan terutama di wilayah Indonesia Timur seperti Bali, NTT, NTB, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sementara di wilayah Indonesia Barat meliputi Mentawai dan Lampung.
South Sea Pearl memiliki karakteristik yang berbeda dan unik dibandingkan jenis mutiara lainnya. Cangkangnya menghasilkan nacre yang paling indah dengan ketebalan mulai dari 2 sampai 6 mm, lebih tebal dibandingkan mutiara akoya yang hanya berkisar 0,35-0,7 mm. Kilau yang dihasilkan juga menampilkan kesan halus, creamy dan lembut dengan derajat keopalan yang bernada tenang. Inilah yang membuat South Sea Pearl begitu diminati dan diburu oleh para pecinta perhiasan di seluruh dunia, salah satunya Mutiara Lombok.
Seperti Mutiara Laut Selatan lainnya, Mutiara Lombok memiliki nacre yang tebal dan megah, derajat keopalan yang bernada tenang, serta kemilau yang tak sekadar memberi kesan “bersinar” seperti jenis mutiara lainnya, melainkan kemilau yang bernada lembut dan sejuk. Bias yang ditampilkan mampu menciptakan sensasi yang berbeda-beda seiring bias warna yang dipantulkan.
Harga Sebuah Ketekunan
Tak banyak yang tahu bahwa proses produksi mutiara laut selatan membutuhkan proses yang panjang, rumit, kompleks, serta membutuhkan modal dan teknologi yang tinggi. Adapun proses pembudidayaan mutiara meliputi:
1.      Pembiakan
Proses produksi dimulai dengan menyeleksi spat terbaik (kerang alam liar) yang didapat dari nelayan penyelam atau kerang hasil pembiakan. Setelah diseleksi, spat dimasukkan ke dalam kolektor atau bak-bak khusus untuk selanjutnya dikembangbiakan di laboratorium milik perusahaan budidaya mutiara. Proses pembiakan ini dilakukan dengan sangat hati-hati, termasuk pakan berupa plankton yang dimonitor secara detail kualitasnya. Setelah dua bulan, spat umumnya akan bertambah menjadi 2-3 centimeter.
2.      Pembesaran Spat
nationalgeographic.co.id
Setelah spat berumur 60 sampai 70 hari, larva bakal kerang dimasukkan ke dalam waring (net) dan dipelihara di perairan laut lepas. Perairan yang digunakan haruslah memiliki arus yang tenang, bebas pencemaran serta tersedia cukup banyak plankton. Pada usia 90 hari, larva bakal kerang yang bertahan hidup umumnya hanya berkisar 10 persen saja. Larva yang masih hidup dan mencapai ukuran 4 cm tersebut kemudian dipindahkan ke perairan yang lebih terbuka dan tersedia lebih banyak plankton. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang ini akan berbeda satu sama lain lantaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kualitas air, pakan (plankton), kondisi fisiologis organisme, suhu, salinitas, kecerahan air, derajat keasaman, oksigen terlarut, dan lain-lain.
3.      Operasi
 
citizenimages.kompas.com
Kerang dewasa yang siap dioperasi adalah kerang yang berusia lebih dari satu tahun dan memiliki ukuran minimal 9 centimeter. Proses ini membutuhkan bibit/nukleus atau inti mutiara yang berasal dari kulit kerang air tawar Sungai Mississippi, USA, jenis Pigtoe, serta donor kerang (Saibo) untuk diambil mantle tissue (organ lunak mutiara). Mantle tissue ini digunakan sebagai selimut yang menutupi nukleus dan akan menentukan warna mutiara.
4.      Pemeliharaan
pemuteranbali.com
Setelah penanaman nukleus, kerang dewasa dimasukkan ke dalam jaring untuk dipelihara di dalam laut selama 20 hingga 36 bulan. Semakin lama dipelihara, mutiara yang dihasilkan pun akan semakin besar dan bersinar. Setelah 2-3 bulan, dilakukan pemeriksaan inti mutiara menggunakan sinar X untuk memastikan inti mutiara tidak dimuntahkan. Biasanya, setelah 40 hari, hanya 80 persen saja kerang yang ditanami masih mengandung bibit nukleus, sedangkan sisanya dimuntahkan. Selain pemeriksaan inti mutiara, pembersihan cangkang juga dilakukan secara berkala untuk memastikan kerang tetap bersih sehingga mampu menghasilkan kerang berkualitas terbaik.
5.      Panen
Panen dilakukan ketika lapisan mutiara (nacre) telah memenuhi standar internasional. Biasanya, dalam satu kerang terdapat 1-2 butir mutiara saja. Begitupun tidak semua kerang mampu menghasilkan mutiara yang layak jual. Dari total produksi, hanya kisaran 80 persen saja yang hidup dan layak dijual, sementara sisanya mati atau tidak memenuhi standar. Setelah panen pertama, kerang mutiara masih bisa dipanen 2-3 kali lagi setelah satu sampai dua tahun kemudian.

Proses panjang inilah yang membuat harga sebutir mutiara laut selatan mahal, selain karena keindahannya yang memang luar biasa.
Ragam Jenis dan Mutu Produk
Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa harga mutiara laut berbeda-beda. Ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh ragam jenis dan mutu produk. Berikut penjelasannya.
A.   Ragam Jenis
Ragam jenis Mutiara Laut Selatan dibedakan berdasarkan: ukuran, warna, bentuk, luster (kilauan), dan bintik/cacat (spot/law).
Ukuran

www.americanpearl.com
Setiap Pinctada maxima akan menghasilkan ukuran mutiara laut selatan yang berbeda-beda, yang terbagi atas:
  • Paling kecil (Keshi)
  • Kecil (Baby South Sea Pearl) antara 8-9 mm,
  • Our Size dengan ukuran 10-14 mm,
  • Big Size dengan ukuran di atas 16 mm.
Ukuran berat biasanya menggunakan momme (1momme = 3,75 gram). Semakin berat ukuran sebutir mutiara, semakin mahal pula harganya.
Perbedaan ukuran mutiara ini bisa dipengaruhi oleh empat hal:
  • Ukuran besar kerang (Pinctada maxima)
  • Ukuran manik implan yang disuntikkan ke bibir kerang (nukleus)
  • Lamanya waktu mutiara dibudidayakan di tiram
  • Ukuran daging tiram
Warna
www.wacht-troy.com
Saat disandingkan dengan mutiara lain, mutiara akan menghasilkan bias warna yang berbeda satu dengan lainnya. Semakin berkilau bias warna sebutir mutiara, semakin mahal pula harganya.
Mutiara Laut Selatan memiliki berbagai warna dari putih menuju wana perak dan dari cream menuju warna kuning emas yang pekat. Adapun detail pembagian warna sebutir mutiara laut selatan meliputi:
  • Silver, yang terdiri atas:
1.      Pink
2.      White, yang terbagi atas:
a.       White
b.      Silver
c.       Blueish
  • Golden, yang terdiri atas:
1.      Gold, yang terbagi atas:
a.       Gold
b.      Deep Yellow
2.      Yellow, yang terbagi atas:
a.       Yellow
b.      Cream/ivory
Bentuk

www.americanpearl.com
Setiap kerang akan menghasilkan bentuk mutiara yang berbeda-beda. Bentuk ini mempengaruhi harga yang ditawarkan.
Adapun ragam bentuk mutiara laut selatan meliputi:
1.      Drop, yang terdiri atas
a.       Long
b.      Medium
c.       Short.
2.      Oval, yang terdiri atas:
a.       Long
b.      Medium
c.       Short.
3.      Round/Near Round
4.      Button, yang terdiri atas:
a.       Thick
b.      Medium
c.       Flat.
5.      Barogue, yang terdiri atas
a.       Real
b.      Semi.
6.      Ring/Circle
7.      Trapesium
8.      Triangle
Luster (kilau)
Sama halnya dengan bentuk, kilau yang dihasilkan sebutir mutiara juga berpengaruh besar terhadap harga yang ditentukan. Semakin berkilau mutiara yang dihasilkan, semakin mahal harganya.
Tingkatan luster/kilau sebutir mutiara terbagi atas tiga kategori sebagai berikut:
1.      High Luster
www.jewellerynetasia.com
2.      Medium Luster
www.jewellerynetasia.com
3.      Low Luster
Bintik/Cacat (spot/law)
Umumnya mutiara yang dihasilkan kerang meninggalkan bintik/cacat. Semakin sedikit jumlah bintik dan cacatnya, semakin mahal pula harga sebutir mutiara.
Tingkatan bintik/cacat sebutir mutiara terbagi atas empat kategori sebagai berikut:
1.      No Spot
2.      Few Spot
3.      A Few Spot
4.      Many Spot
B.   Mutu
Mutu Mutiara Laut Selatan terbagi atas empat kelas, yaitu top quality, very good (grade A), good (grade B), dan medium quality ( grade C)  yang ditentukan berdasarkan tingkat kilauan dan cacat produk.
Cara Membedakan Mutiara Laut Selatan Asli dengan Mutiara Palsu
Banyak yang masih bingung membedakan antara mutiara laut selatan yang asli dengan mutiara palsu. Beberapa tips di bawah ini barangkali bisa membantu.
  1. Pada umumnya, tiram akan menghasilkan warna mutiara seperti putih, gold, silver, dan hitam. Namun tidak menutup kemungkinan pula tiram menghasilkan warna yang tidak umum seperti pink, coklat, dan hijau. Warna tidak umum ini merupakan pengaruh cluster (sinar) yang begitu kuat dari warna umumnya, semisal warna coklat dari mutiara hitam dan warna pink dari mutiara putih. Setiap warna mutiara akan menghasilkan cluster dan dari cluster ini akan membentuk warna yang beragam dan terbagi misalnya warna putih menghasilkan cluster putih bening, cluster pink, dan cluster kehijauan sekaligus. Perlu berhati-hati apabila ditawarkan mutiara dengan warna tidak umum seperti itu. Apabila kilaunya terlihat monoton dan tidak memiliki cluster, maka dapat dipastikan itu adalah mutiara coating (mutiara yang diberi zat pewarna). Warna ini akan memudar paling lama 2 tahun.
  2. Mutiara asli terasa dingin jika disentuh atau dipakai, sedangkan mutiara palsu umumnya tidak.
  3. Mutiara asli umumnya memiliki ukuran berat yang lebih dibandingkan mutiara palsu.
  4. Mutiara asli akan terasa berpasir dan kasar apabila digigit, sementara mutiara palsu umumnya terasa licin.
  5. Ukuran dan berat mutiara asli berbeda tiap butirnya, sementara mutiara palsu memiliki kecenderungan ukuran dan berat yang sama.
  6. Mutiara asli meninggalkan belmish atau semacam titik di permukaannya (sedikit banyaknya tergantung kualitas), sementara mutiara palsu umumnya mulus.
  7. Warna mutiara asli menampilkan cluster alami, sementara mutiara palsu memiliki warna kusam atau cluster berlebihan.
  8. Jika dibakar, mutiara asli tetap utuh, sementara mutiara palsu akan mengerut.
  9. Jika dicutter, mutiara asli tetap utuh, sementara mutiara palsu akan mengelupas.
Gugatan & Solusi: Budidaya Mutiara yang Terancam Redup
Bisnis mutiara di Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang sangat tinggi, dimana Indonesia telah menjadi produsen mutiara laut selatan terbesar di dunia. Nilai ekspor mutiara Indonesia juga menjadi yang terbesar di dunia, yakni menyentuh angka 29 juta dolar AS atau 50 persen dari total produksi mutiara dunia.
Meski demikian, bisnis mutiara masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Namun apabila ditarik ke dalam empat garis besarnya, maka permasalahan pokok budidaya mutiara Indonesia meliputi: (1) ancaman produk mutiara air tawar Tiongkok bagi keberlangsungan ISSP, (2) rendahnya kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri, (3) belum optimalnya potensi mutu mutiara terbaik Indonesia, dan (4) lemahnya kontrol pemerintah terhadap mutiara Indonesia.
Ancaman Produk Mutiara Air Tawar Tiongkok Bagi ISSP
www.pearlsbeadsstones.com
Serbuan produk mutiara air tawar Tiongkok di Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang sulit terelakkan. Terlebih usai dibukanya keran pasar bebas ASEAN. Masyarakat lokal sudah terlalu akrab hingga terkesan menggandrungi produk mutiara asal Negeri Tirai Bambu tersebut. Bahkan kecenderungan yang sama menghinggapi para pedagang eceran.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa konsumen lokal memilih produk Tiongkok ketimbang produk dalam negeri. Pertama, kecenderungan harga mutiara air tawar Tiongkok yang relatif lebih murah dengan tampilan yang secara kasat mata tampak sama. Kedua, kurangnya pemahaman mengenai perbedaan jenis dan kualitas mutiara. Ketiga, rendahnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
Sementara itu, ada tiga alasan mengapa pedagang eceran lebih suka menjual produk mutiara air tawar Tiongkok. Pertama, modal yang dikeluarkan jauh lebih sedikit. Konon, nilai modal untuk membeli satu butir mutiara Lombok sama dengan tiga butir mutiara air tawar Tiongkok. Kedua, kecenderungan konsumen lokal membeli produk Tiongkok. Ketiga, rendahnya rasa kepemilikan terhadap produk dalam negeri.
Pedagang eceran semacam ini sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, bahkan Indonesia bagian timur yang notabenenya penghasil mutiara laut selatan. Saya sempat membaca komentar salah seorang pengguna facebook. Dia mengeluh lantaran banyaknya pedagang eceran yang justru menawari produk mutiara Tiongkok sewaktu berkunjung ke Lombok. Padahal ia menyengaja datang ke sana demi membeli mutiara Lombok.
Maraknya produk mutiara air tawar Tiongkok tersebut tidak hanya merusak pasar mutiara laut selatan Indonesia, namun sekaligus merusak citra South Sea Pearl sebagai jenis mutiara terbaik dan unik di dunia. Sebab tak jarang para pengecer menipu para pembeli dengan menyebut mutiara yang dijualnya adalah mutiara asli Lombok.
Rendahnya Kecintaan Masyarakat Terhadap Produk Dalam Negeri
Ada empat kemungkinan mengapa rasa cinta masyarakat terhadap produk mutiara lokal masih rendah. Pertama, mutu mutiara yang dijual di pasaran Indonesia masih tergolong rendah. Menurut salah satu sumber, sebanyak 90 persen produk mutiara terbaik Indonesia diekspor ke luar negeri, sementara sisanya dijual di pasaran Indonesia. Hal ini secara tidak langsung menurunkan minat masyarakat lokal terhadap produk mutiara lokal. Kedua, tidak adanya teladan dari publik figur, semisal pemerintah atau selebritis yang notabenenya merupakan panutan bagi masyarakat. Apabila yang menjadi panutan saja menggandrungi produk luar negeri, bagaimana mungkin masyarakat “dipaksa” untuk membeli produk dalam negeri?
Ketiga, stigma negatif masyarakat mengenai produk dalam negeri. Banyak masyarakat berasumsi bahwa produk dalam negeri tidak sebaik produk luar negeri. Sebaliknya, sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa produk luar negeri selalu lebih baik dibandingkan produk dalam negeri. Keyakinan ini lantas mendorong mereka untuk lebih memprioritaskan brand luar negeri sebagai pilihan utama ketika berbelanja. Keempat, masyarakat cenderung merasa lebih keren ketika menggunakan produk luar negeri. Mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli produk luar negeri, tapi sebaliknya terhadap produk dalam negeri.
Belum Optimalnya Potensi Mutu Mutiara Terbaik Indonesia
laperegrina.ru

www.kristina-art.com
Mutiara Laut Selatan adalah jenis mutiara terbaik di dunia. Namun menilik fakta bahwa 80 persen produk mutiara yang dihasilkan pada tahun 2014 berkualitas kurang baik, maka pembenaran atas kalimat tersebut agaknya masih memerlukan upaya yang tidak sedikit.
Tidak hanya kualitas, kuantitas mutiara pun harus mendapatkan perhatian serupa. Sebab terjadi penurunan yang cukup signifikan pada hasil panen tahun 2014, yakni hanya berkisar 5,5 ton saja dari yang semula 12,375 ton mutiara pada tahun 2013.
Setidaknya ada empat alasan mengapa mutu mutiara terbaik Indonesia belum mencapai potensi optimal.
  • Sumber daya manusianya masih rendah. Budidaya mutiara adalah sektor usaha yang memiliki proses produksi rumit dan membutuhkan keahlian serta ketelitian yang tinggi. Kesalahan sedikit saja dalam proses budidaya mutiara akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan hidup mutiara yang dihasilkan.
  • Penerapan teknologi yang masih tergolong rendah. Selain SDM, teknologi juga memiliki pengaruh besar dalam menentukan kualitas dan keberlangsungan hidup mutiara.
  • Pendanaan yang minim. Budidaya mutiara adalah industri yang padat modal. Penggunaan teknologi dan perekrutan karyawan dengan kompetensi tinggi membutuhkan modal yang tak sedikit. Masalahnya, tak banyak bank bersedia memberikan pinjaman lantaran tak ada kepastian usaha. Perajin budidaya yang minim modal pun terpaksa menggunakan SDM dan teknologi seadanya. Walhasil, resiko kematian mutiara pun menjadi besar dan kualitas mutiara yang dihasilkan menjadi kurang optimal.
  • Faktor ekologi. Lima puluh persen hasil produksi mutiara bergantung pada faktor alam. Kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram. Lokasi budidaya tiram harus terbebas dari pencemaran sehingga harus terpisah dari aktivitas pertambakan ikan, industri, perumahan, dan sektor lainnya. Perairan yang digunakan juga harus tenang sebab suara bising dapat membuat kerang stres sehingga terancam mati sia-sia. Lalu lalang boat atau aktivitas wisata air lainnya menjadi salah satu sumber kebisingan tersebut. Bahkan aktivitas wisata air memicu teraduknya air laut sehingga menyebabkan air keruh. Air keruh yang masuk ke dalam kerang berakibat pada menurunnya kualitas mutiara, bahkan beresiko menimbulkan kematian kerang.
Lemahnya Kontrol Pemerintah Terhadap Mutiara Indonesia
Berbagai usaha dilakukan pemerintah kaitannya dengan usaha menjaga dan mengembangkan budidaya mutiara di Indonesia, seperti pembangunan Broodstock Center (induk pusat) kekerangan di Bali, pembentukan dan penguatan Sub Komisi Mutiara Indonesia (SKMI), Yayasan Mutiara Laut Indonesia (YMLI), dan Asosiasi Budiaya Mutiara Indonesia (ASBUMI), diterbitkannya SNI mutiara, diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP/No.44/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara RI, membangun Rumah Mutiara Indonesia sebagai Pusat Promosi Pemasaran dan Lelang Mutiara, menyelenggarakan Indonesia Pearl Festival, serta pelatihan mutu mutiara bagi petugas pengujian mutu mutiara di sentra-sentra produk dan dua pintu pemasukan (Soekarno-Hatta Airport, Jakarta dan Juanda Airport, Surabaya).
Namun demikian, dalam praktiknya masih memerlukan banyak perbaikan. Rumah Mutiara Indonesia, misalnya, belum mampu mendatangkan pengunjung dalam jumlah yang menggembirakan. Bahkan karena nyaris tak pernah ada pengunjung dan/atau pembeli, di hari-hari biasa, stand yang dibuka hanya kisaran satu atau dua saja. Sementara lainnya dibiarkan tertutup. Minimnya promosi menjadi salah satu penyebab Rumah Mutiara Indonesia belum bisa memberikan dampak positif terhadap perkembangan bisnis mutiara Indonesia.
Belum maksimalnya upaya pemerintah terhadap bisnis mutiara Indonesia juga dapat dilihat dari belum optimalnya potensi mutiara Indonesia dan klaim ISSP oleh negara lain. Bentrok kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu alasan mengapa potensi mutu mutiara Indonesia belum digarap secara optimal. Utamanya terkait zonasi tata ruang kawasan perairan guna mengembangkan sektor budidaya mutiara. Zonasi adalah hal vital bagi keberlangsungan bisnis budidaya mutiara yang memerlukan lokasi bebas limbah dan pencemaran lainnya. Dengan zonasi, kepastian usaha akan terwujud sehingga dapat menarik investasi lebih banyak lagi. Namun kebanyakan pemerintah daerah enggan menetapkan zonasi lantaran lebih tertarik dengan pengembangan sektor usaha lain, terutama sektor pariwisata bahari.
Sementara klaim mutiara Indonesia oleh negara lain adalah akibat tidak adanya sertifikasi produk mutiara Indonesia. Persoalan lain yang tak kalah pelik dan membutuhkan perhatian pemerintah adalah maraknya produk mutiara air tawar Tiongkok di pasaran Indonesia dan ekspor mutiara illegal. Kontrol dan keberpihakan pemerintah (pusat dan daerah) menjadi kunci berhasil tidaknya memberantas dua problema tersebut.
Solusi
Berdasarkan uraian di atas, maka alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk menjamin keberlangsungan dan pengembangan budidaya mutiara di Indonesia, meliputi:
Satu, meningkatkan mutu mutiara Indonesia, melalui:
  • Peningkatan SDM. Mendatangkan ahli untuk memberikan pelatihan kepada para perajin mutiara atau mengirimkan beberapa perajin mutiara untuk melakukan kunjungan bisnis ke perusahaan mutiara terbaik di dunia bisa dilakukan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
  • Peningkatan penggunaan teknologi modern. Tidak ada salahnya mencontoh negara-negara yang telah berhasil mengembangkan budidaya mutiara di negaranya, termasuk mencontoh pengaplikasian teknologi yang digunakan.
  • Peningkatkan arus pendanaan. Tidak adanya kepastian usaha menjadi alasan bagi bank dan investor menolak untuk memberikan pinjaman atau menanamkan modal pada sektor budidaya mutiara. Pemerintah bisa membantu mengatasi problema tersebut dengan memberikan bantuan langsung berupa pelatihan kompetensi para perajin, pengadaan teknologi mutakhir, atau bantuan tak langsung melalui pemberian insentif kepada investor yang menanamkan modalnya di sektor budidaya mutiara atau memberikan jaminan kepada bank yang bersedia memberikan pinjaman.
  • Menjamin lingkungan terlindungi dari pencemaran. Untuk menjamin lokasi terlindungi dari pencemaran, dibutuhkan zonasi tata ruang perairan untuk budidaya mutiara yang terpisah dari sektor lainnya. Pemerintah daerah harus didesak agar zonasi bisa segera terlaksanakan.
Dua, menekankan diferensiasi produk. Indonesian South Sea Pearl (ISSP) adalah salah satu mutiara terbaik dan unik di dunia. Masalahnya, tidak banyak yang mengetahui perihal ini, termasuk bahkan masyarakat lokal sendiri.
Rumah Mutiara Indonesia (RMI) sebagai pusat promosi dan lelang mutiara harus dimaksimalkan keberadaannya. Selain memajang produk mutiara, RMI semestinya bisa menjadi sarana edukasi dan penekanan terhadap diferensiasi produk mutiara Indonesia. RMI bisa menyediakan tim pemandu khusus yang bertugas mengenalkan dan mengedukasi para pengunjung mengenai ISSP. Pertama-tama, pengunjung diajak untuk melihat-lihat koleksi mutiara asli Indonesia, lalu menjelaskan perbedaan jenis dari masing-masing mutiara dan hal-hal yang mempengaruhi harga sebuah mutiara. Mulai dari warna, kilau, bentuk, dan sebagainya. Lalu pengunjung dijelaskan mengenai perbedaan mutiara air laut selatan dengan jenis mutiara lainnya, termasuk menjelaskan keunggulan mutiara laut selatan dibanding mutiara air tawar Tiongkok. Tahap selanjutnya, pemandu menunjukkan sebuah film yang menunjukkan proses budidaya mutiara yang rumit dan panjang atau bisa juga dengan memberikan paket wisata berupa kunjungan ke tempat pembudidayaan mutiara. Dengan demikian, masyarakat akan lebih memahami perbedaan jenis dan kualitas masing-masing mutiara serta mengetahui bagaimana proses pembudidayaannya. Harapannya, masyarakat bisa lebih menghargai dan mencintai mutiara laut selatan Indonesia sehingga tidak tertipu atau tergiur dengan mutiara air tawar Tiongkok.
Tiga, melakukan diversifikasi produk. Selama ini, lazim kita mengenal mutiara sebagai perhiasan (kalung, cincin, gelang, dan anting). Namun apa yang dicontohkan Anniesa Hasibuan mematahkan argumen bahwa mutiara hanya bisa difungsikan sebagai perhiasan. Diversifikasi produk bisa menjadi alternatif usaha sampingan bagi pelaku usaha budidaya mutiara. Diversifikasi bisa menjadi langkah jitu untuk menambah nilai sebutir mutiara dibanding hanya mengekspornya dalam bentuk mentah. Selain itu, diversifikasi juga bisa menjadi solusi untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak serta mengenalkan Indonesian South Sea Pearl lebih luas kepada masyarakat yang selama ini tak terjangkau.
oldlook.indonesia.travel
Empat, menumbuhkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
Ada beberapa alasan mengapa kita harus membeli produk dalam negeri:
  • wujud nasionalisme masyarakat terhadap bangsanya. Jepang dan Korea Selatan adalah contoh baik perwujudan nasionalisme masyarakat terhadap bangsanya. Mereka bangga memakai produk dalam negeri dan menjadikannya prioritas saat berbelanja. Hasilnya, Jepang yang mengalami keterpurukan pada tahun yang sama ketika Indonesia merdeka, berhasil menjadi negara produsen terbesar di dunia. Dan Korea Selatan yang memiliki tahun lahir sama dengan Indonesia berhasil menjadi bangsa yang besar dengan menjual “budaya” kepada masyarakat dunia,
  • membantu perekonomian masyarakat (perajin mutiara),
  • memicu pengusaha untuk meningkatkan kualitas produknya. Sebenarnya tidak ada satupun perusahaan yang ingin menjual produk dengan kualitas rendah. Namun karena kecenderungan konsumen lokal yang membeli produk berdasarkan pertimbangan harga, mereka terpaksa menjual produk mutiara kualitas rendah di pasaran Indonesia. Loyalitas konsumen lokal untuk membeli produk mutiara kualitas terbaik hasil budidaya mutiara Indonesia akan memicu pengusaha memperbaiki kualitas produknya.
Selain itu, keberadaan publik figur sebagai panutan sudah sepantasnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, yaitu dengan membeli produk mutiara asli Indonesia.
Lima, melakukan sertifikasi/mematenkan produk mutiara Indonesia. Kekayaan Indonesia bukan hanya batik dan tari Ponorogo. Sumber daya alam berupa mutiara pun merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Sebagai hak milik bangsa, sudah sepantasnya kita marah apabila “harta kekayaan” kita diakui oleh negara lain. Namun bukan marah yang berkoar-koar tanpa solusi, melainkan sebuah upaya untuk mencegah tindakan serupa terulang kembali. Caranya adalah dengan mematenkan produk mutiara Indonesia. Dengan hak paten tersebut, kepastian hukum atas produk mutiara Indonesia bisa terjamin.
Enam, menetapkan kebijakan safeguard berupa pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk menekan laju impor. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP/No.44/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara RI adalah langkah yang sangat baik untuk menekan laju impor, namun apabila kapasitas peredarannya masih dianggap “berbahaya” bagi kelangsungan produk mutiara air laut selatan Indonesia, maka kebijakan safeguard berupa BMTP bisa dijadikan “sabuk pengaman” tambahan.
Tujuh, menurunkan pajak ekspor semaksimalnya untuk mencegah tindakan ekspor mutiara illegal. Selain kontrol pemerintah yang kendur dan prosedur administratif yang rumit, pengenaan pajak ekspor yang tinggi bisa memicu para pengusaha memilih untuk melakukan tindakan ekspor secara illegal. Semestinya kita belajar dari Hongkong yang tidak menerapkan prosedur rumit untuk perusahaan yang hendak melakukan ekspor. Cukup sekali saja para pengusaha diminta melakukan prosedur administratif, sementara selanjutnya cukup menunjukkan KTP saja.
Delapan, promosi yang gencar. Indonesian Pearl Festival adalah event tahunan yang sangat baik untuk memperkenalkan dan mempromosikan Indonesian South Sea Pearl kepada dunia. Namun demikian, promosi menjadi tidak efektif apabila tidak ada tindak lanjut yang berkesinambungan. Seperti prinsip iklan pada umumnya, setiap orang setidaknya membutuhkan tujuh kali repetisi iklan untuk dapat mengingat secara baik produk yang ditawarkan. Semakin sering iklan diulang, semakin kuat ingatan mengenai produk tersebut.
Kita melihat betapa suksesnya Wonderful Indonesia dalam mengangkat potensi pariwisata di seluruh Indonesia, namun ingatkah betapa gencar mereka dalam melakukan promosi? Begitupun semestinya yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak terkait terhadap Indonesian South Sea Pearl. Promosi harus dilakukan setiap saat dan berkesinambungan, baik melalui media televisi, media sosial, media cetak, atau memasang baliho di tempat-tempat umum seperti bandara.
www.goodnewsfromindonesia.org
Promosi Rumah Mutiara Indonesia juga harus digencarkan. Semisal dengan menjalin kerja sama dengan berbagai agen tour and travel di seluruh Indonesia. Sehingga setiap wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, bisa diarahkan untuk mengunjungi Rumah Mutiara Indonesia.
Sembilan, meningkatkan kontrol dan kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Maraknya impor mutiara air tawar Tiongkok illegal dan ekspor mutiara air laut selatan Indonesia illegal adalah bukti bahwa kontrol pemerintah terhadap peredaran mutiara masih kurang maksimal, entah pemerintah pusat maupun daerah, atau justru keduanya. Sub Komisi Mutiara Indonesia (SKMI), Yayasan Mutiara Laut Indonesia (YMLI), dan Asosiasi Budiaya Mutiara Indonesia (ASBUMI) harus menjadi lembaga independen yang memantau dan mengoreksi kerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait kebijakan mengenai mutiara Indonesia. Tiga lembaga tersebut juga harus menjadi jembatan yang menghubungkan kepentingan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat sehingga tercipta kerja sama yang apik guna menjaga keberlangsungan dan mengembangkan bisnis budidaya mutiara Indonesia.
Demikian beberapa masalah dan alteratif solusi yang bisa dijadikan rujukan. Semoga Indonesian South Sea Pearl semakin berkilau dan menjadi ikon bangsa selanjutnya. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Data dan IoT, Dua Teknologi Pendukung Smart City

Perubahan zaman yang terjadi begitu cepat, perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota dan persaingan global yang kian tak terbendung telah menciptakan beragam persoalan di kota-kota besar di seluruh dunia, seperti kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Di sisi lain, perkembangan teknologi mutakhir dan jaringan internet yang meluas telah menciptakan peluang tersendiri bagi para pelaku bisnis maupun pelaku kepentingan publik. Dari dua fenomena besar itulah kemudian muncul gagasan Smart City. Smart City adalah sebuah gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Smart City menjadi solusi atas berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi sebuah kota. Teknologi Internet Of Things (IoT) Sumber Gambar Internet of things adalah sebuah gagasan untu

Setangkup Mimpi Bersama Mama

Mama dulu bermimpi, menyaksikan anak Mama berdiri di atas panggung sambil memegang piala.  Lalu Mama diminta untuk berdiri di samping anak Mama disambut riuh tepuk tangan orang banyak. Wah, pasti bangga sekali memiliki anak yang berprestasi. Pernyataan itu begitu menusuk hatiku. Betapa aku telah gagal mewujudkan impian sederhana Mama. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mewujudkannya. Namun setiap kali mencoba, aku selalu gagal. Bahkan hingga lulus SMA, belum ada satupun piala yang berhasil aku bawa pulang. Akankah aku menyerah? Tentu saja tidak. Justru pernyataan itu menamparku untuk berusaha lebih keras lagi. Aku mengikuti beragam lomba menulis dan beberapa kali memenangkannya. Sayang, tidak ada awarding ceremony sehingga impian untuk berdiri sambil memegang piala di hadapan banyak orang masih belum terwujud. Hingga suatu ketika, aku mendapat telepon dari panitia lomba untuk menghadiri acara penganugerahan pemenang lomba blog di Jakarta. Seketika perasaanku membumbung tinggi

Dedikasi 60 Tahun Astra, Inspirasi Keberlanjutan Menuju Kebanggaan Bangsa

Menjejaki usia 60 tahun bagi sebuah bisnis bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak perusahaan mampu selamat dari badai krisis bersejarah 1998 yang membangkrutkan perekonomian nasional. Satu dari sedikit bisnis yang mampu bertahan itu adalah Astra. Meski tertatih, Astra membuktikan diri bangkit dan berkembang pesat hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan terbaik regional dalam kurun waktu kurang dari 60 tahun. Dari hanya memiliki empat karyawan, kini jumlah karyawan Astra telah membengkak hingga 221.046 yang bekerja di 198 perusahaan Grup Astra. Aktivitas bisnis Grup Astra pun berkembang pesat meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan agribisnis, infrastruktur, logistik serta teknologi informasi. Pengalaman menghadapi krisis 1998 dan kemapanan finansial yang baik membuat Astra lebih tangguh menghadapi badai-badai selanjutnya, termasuk tantangan melemahnya perekonomian global sepanjang tahun 2015 lalu. Astra bahkan masih sangg