Langsung ke konten utama

Jamu: Warisan Budaya yang Wajib Mendunia!



Jika Tiongkok terkenal dengan Traditional Chinese Medicine (TCM), Korea Selatan dengan ginseng dan India dengan Ayurveda, maka Indonesia terkenal dengan jamunya. Namun, seberapa terkenalkah jamu di mata dunia? Sudahkah sepopuler TCM, ginseng atau Ayurveda? 
Jamu adalah ramuan bahan-bahan alami Indonesia yang diracik sedemikian rupa dan disajikan dalam berbagai bentuk, umumnya dalam bentuk serbuk atau rajangan untuk disajikan dengan cara diseduh. Bahan utama jamu bisa berupa bagian dari tumbuhan seperti akar, daun, kulit batang maupun buah. Bisa juga berupa bagian dari binatang seperti empedu dan kuning telur. Jenis jamu yang dijual sangat beragam, namun yang umum ditemui antara lain beras kencur, kunir asam, pahitan, cabe puyang, kudu laos, sinom, kunci suruh dan gepyokan. 
Tidak hanya jenis, cara menjajakan jamu pun sangat bervariasi. Mulai dari yang tradisional dengan cara digendong sampai yang modern dengan menyajikannya di kafe jamu. 

Rupa jamu juga mengalami modernisasi dari yang semula hanya berbentuk serbuk dan rajangan menjadi berbentuk cair dalam kemasan yang lebih menarik dan praktis, yakni saset. Imej pahit jamu juga sudah disulap menjadi imej nikmat seiring lahirnya generasi bangsa yang cerdas dan inovatif, semisal menyajikan jamu dalam bentuk es krim, teh, kopi, permen, manisan, bahkan dikombinasikan dalam hidangan berupa nasi. Nikmat, menyehatkan pula!

Biasanya masyarakat mengkonsumsi jamu sebagai pengobatan penyakit, pencegahan penyakit, atau kebugaran tubuh. Saya secara pribadi meminum jamu ketika masuk angin, menstruasi, atau tidak nafsu makan. Seperti pagi ini misalnya, saya merasa mual dan tidak enak badan. Lalu Ayah membuatkan jamu kunir khusus untuk putri tercintanya, yaitu saya. Alhamdulillah, saya punya Ayah yang sangat perhatian. 
Cara membuat jamu kunir juga sangat mudah. Cukup sediakan setengah kilo kunir, gula merah seperempat sendok makan, 2 liter air dan asam jawa 3 sendok teh yang sudah dibersihkan. Parut atau blender kunir sampai halus, saring, campurkan air kunir dengan gula merah dan asam yang sudah dibuang bijinya, lalu rebus hingga mendidih. Angkat dan jamu kunir siap untuk dinikmati.
Koleksi Pribadi
Di samping mengatasi masuk angin, jamu kunir asem juga memiliki banyak khasiat, antara lain menetralkan racun kimia, mengontrol berat badan, menyembuhkan infeksi bakteri, memperlancar siklus menstruasi, mencerahkan warna kulit dan mencegah penuaan dini. Masya Allah, baru satu jenis rempah yang diolah menjadi jamu saja sudah banyak sekali manfaatnya. Apalagi kalau menyebutkan semuanya? Tidak akan habis menulis di blog ini.
Tidak hanya bagi manusia, racikan jamu juga berkhasiat bagi hewan dalam menjaga kekebalan tubuh, mendongkrak napsu makan dan menjaga penampilan lebih bugar. Ini yang dilakukan dan telah dibuktikan oleh Saun, peternak asal Tegal demi membuat kambing kurban jualannya lebih berkualitas. Saun, seperti dilansir Tempo menuturkan bahwa racikan jamu itu terbuat dari kunir, jahe, gula aren, garam, bawang merah dan bawang putih. Usai dicampur menjadi satu dan ditambahkan sedikit air, seluruh bahan digiling hingga halus. Lalu diberikan kepada kambing kurban yang telah dibeli pelanggan. 
Selain berguna untuk kesehatan, jamu juga terbukti bermanfaat untuk kecantikan. Salah satu artis ibukota yang juga berprofesi sebagai DJ, Putri Una mengakui khasiat jamu dalam menunjang penampilannya.
“Aku jaga penampilan dan kecantikan secara alami. Caranya, banyak minum jamu,” tutur Una seperti dikutip Liputan6.com. “Jamu itu sama dengan herbal. Herbal itu kan alami, efek sampingnya nggak ada sama sekali. Karena memang aku nggak pernah ngerasain efek samping dari minum jamu, lebih ke yang merasakan banyak manfaatnya,” tambahnya lagi.
Tidak hanya DJ Una saja yang merasakan khasiat jamu. Aktris sekaligus penyanyi, Ardina Rasti bahkan memiliki kebiasaan minum jamu minimal 3 kali dalam satu minggu. Diakuinya bahwa jamu membuat tubuhnya senantiasa bugar. Dalam sebuah wawancara seperti dikutip Tribunnews.com, Rasti menyatakan, “Aku sangat menikmati jamu. Karena sejak masih kecil aku sudah dibiasakan minum jamu. Ternyata memang banyak manfaatnya. Bukan saja kesehatan fisik, tetapi bagus juga untuk memelihara kulit.”
Selain dua nama tersebut, masih banyak selebritis yang rutin mengkonsumsi jamu karena merasakan manfaatnya bagi kesehatan sekaligus menunjang penampilan mereka sebagai publik figur. Sebut saja Regina Octora, Vicky Shu, Ussy Sulistiawati, Widyawati, Angel lelga, dan masih banyak lagi.
Jauh sebelum orang-orang menggandrungi sosok selebritis, putri-putri bangsawan adalah sosok yang paling disorot dan dikagumi karena kecantikan fisik dan keharuman tubuh mereka. Dalam buku Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah dan Cara Racik seperti dilansir Kompas Female mengungkapkan bahwa para putri kerajaan menggunakan ramuan jamu untuk menjaga kesehatan dan kecantikan mereka. Dibuktikan dengan ditemukannya sebuah literatur dari Kerajaan Majapahit yang di dalamnya terdapat sekitar 3.000 resep jamu.
Salah satu putri Keraton Surakarta yang kecantikannya tak memudar meski usianya memasuki 87 pada 2015 ini adalah Mooryati Soedibyo. Selain berolahraga secara teratur, pemilik brand produk kecantikan ini juga rajin meminum jamu sejak kecil. Hasilnya, kulitnya masih mulus dan nyaris tak terlihat keriput di wajahnya. Posturnya pun masih tegak dengan rambut hitam yang digelung khas putri raja. Beliau adalah legendaris industri jamu Indonesia. Salah satu peracik produk jamu kosmetika yang masih mempertahankan bahan-bahan alami Indonesia dan meramunya sesuai resep leluhur, pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat yang diwariskan turun temurun. 
Sebagai warisan budaya leluhur yang sudah ada semenjak berabad-abad lalu hingga detik ini, terbukti dengan ditemukannya Prasasti Madhawapura di era Majapahit yang menuliskan profesi peracik jamu dan lukisan-lukisan pada dinding candi Hindu-Budha tentang proses pembuatan jamu, maka jamu bukan sekedar obat tradisional alternatif, tetapi merupakan produk budaya yang wajib dilestarikan dan diduniakan. Bahkan sangat wajar jika jamu diusulkan kepada UNESCO sebagai World Heritage dari Indonesia.
Relief di Candi Borobudur yang menggambarkan cara pembuatan jamu
Namun, bagaimana caranya melestarikan dan menduniakan jamu? Berikut saya tuliskan beberapa langkah yang semoga bermanfaat dan menjadi acuan bagi kita semua untuk melestarikan dan menduniakan jamu.
1. Meningkatkan Budidaya Tanaman Bahan Jamu
Tanaman bahan jamu adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan dalam produksi industri obat tradisional atau rumah tangga. Sejauh ini bahan baku jamu atau simplisia nabati sebagian masih ditebang atau diambil langsung dari tempat tumbuh alaminya. Hanya kisaran 4% saja dari total 200 jenis simplisia nabati yang telah dibudidayakan. Padahal melihat pesatnya pertumbuhan produksi seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap jamu, cara ini terbilang tidak efektif lagi, bahkan cenderung mengancam keseimbangan alam.
Pembudidayaan adalah sebuah langkah strategis untuk menyediakan simplisia nabati secara berkelanjutan dengan jaminan mutu sesuai standar. Selain menjaga kelestarian alam, budidaya tanaman bahan jamu juga mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Untuk rumah tangga, budidaya tanaman bahan jamu lebih dikenal dengan sebutan toga atau tanaman obat keluarga. Budidaya umumnya dilakukan pada sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun atau ladang yang kemudian disebut sebagai taman obat keluarga. Selain memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan, taman obat keluarga juga dapat memacu usaha kecil menengah dan tentu saja turut membantu kelestarian usaha jamu di Indonesia.

2. Jamu sebagai “Lifestyle” Kehidupan Bangsa
Tidak bisa dipungkiri bahwa animo masyarakat Indonesia semakin tinggi terhadap produk jamu. Terbukti nilai perdagangan di pasar domestik mencapai Rp 26 triliun di tahun 2014, meningkat dari tahun 2011 yang hanya Rp 17 triliun. Di pasar dunia sekalipun, nilai ekspor jamu meningkat dari yang semula berkisar Rp 10 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 15 triliun di tahun 2014. Dari jumlah tersebut, kisaran 50% merupakan produk-produk kosmetik, 30% produk minuman, dan 10% produk jamu lainnya.
Menilik perbandingan prosentase antara ketiga produk jamu tersebut menunjukkan bahwa persepsi masyarakat dan perkembangan jamu di Indonesia masih berkutat pada produk kecantikan dan kesehatan saja. Belum merupakan ‘bagian’ dari gaya hidup masyarakat
Ke depan, perlu ditingkatkan produk-produk jamu selain kosmetik dan kesehatan sehingga stigma masyarakat mengenai jamu semakin baik. Produk-produk kreatif seperti permen, es krim, teh, kopi, dan produk kreatif lainnya harus mendapat respon positif dari masyarakat. Pemerintah juga harus mendukung dan memberikan apresiasi lebih terhadap generasi inovatif ini dengan memberikan pembinaan secara kontinu, ikut mengkonsumsi dan mempromosikan, bahkan memberikan insentif berupa pinjaman modal untuk perkembangan usaha, ketersediaan lahan untuk tempat produksi, atau kemudahan-kemudahan dalam perluasan usaha.
3. Mengintregasikan Jamu sebagai “Mainstream” Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional
Meskipun semenjak tahun 2010 beberapa rumah sakit dan puskesmas telah menerapkan jamu sebagai salah satu produk kesehatannya, tetapi sejauh ini penggunaannya masih sangat terbatas. Dokter masih setengah hati menerima kehadiran jamu dan menganggapnya seperti anak tiri. Padahal peran dokter sangat penting dalam mensosialisasikan jamu terhadap masyarakat.
Bandingkan dengan para dokter di Jepang yang telah meresepkan 60-80% obat tradisional ‘Kampo’ kepada pasiennya. Atau Tiongkok yang sudah menerapkan sekitar 1.249 item obat tradisional TCM ke dalam Daftar Obat Esensial Nasional. TCM dan obat kimiawi digunakan secara berdampingan dan saling melengkapi dalam praktik kedokteran di Tiongkok. Keberhasilan Tiongkok dalam mengembangkan TCM pada muaranya berimbas pada tingginya minat masyarakat global terhadap produk-produk TCM tersebut. Terbukti hampir 1/3 pasar obat herbal dimiliki Tiongkok.
Dalam skema asuransi kesehatan nasional, Jepang telah memasukkan lebih dari 140 jenis obat tradisional ke dalam daftar mereka. Begitupun dengan Korea Selatan yang telah memulainya semenjak tahun 1967. Tahun 2015 ini, semoga pemerintah tergerak untuk segera menetapkan jamu sebagai bagian dari skema asuransi kesehatan nasional. Serta dokter-dokter di Indonesia tidak ragu lagi meresepkan jamu yang sudah lebih dahulu teruji khasiatnya melalui Saintifikasi Jamu.
4. Menumbuhkan Cinta Sedari Dini Melalui Visualisasi Jamu
Anak-anak cenderung memiliki stigma ‘pahit’ terhadap jamu. Saya sendiri semasa kecil sangat anti dan terpaksa dicekoki Mama ketika hendak mengkonsumsi jamu. Baru setelah cukup dewasa dan sudah memahami khasiat yang terkandung di dalamnya, saya mulai tertarik untuk meminum jamu lagi. Tidak terlambat memang, tetapi bukankah lebih baik menanamkan cinta sedini mungkin?
Umumnya anak-anak sangat menyukai tokoh-tokoh kartun dalam film-film yang pernah mereka tonton, semisal Elsa di film Frozen, Masha di serial Masha and The Bear, dan sebagainya. Saking gemarnya, anak-anak bisa bertingkah dan mengoleksi sesuatu yang berhubungan dengan si tokoh kegemarannya tersebut. Saya masih ingat bagaimana Mama yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual baju kebanjiran pesanan baju Masha and The Bear. Hanya karena tokoh Masha nyaris setiap hari muncul di layar televisi. Tidak hanya baju, snack dengan bungkus bergambar Masha pun laris oleh anak-anak.
Saya yakin banyak sekali animator dan tokoh-tokoh kreatif lainnya di Indonesia. Hanya saja, mungkin mereka belum terlalu berminat atau memiliki kendala lainnya seperti persoalan finansial. Jika membuat film animasi bertokohkan rempah dan jamu dirasakan cukup berat, belum lagi kalau filmnya tidak laku, mungkin bisa memulainya lewat novel, buku dongeng dan komik. Para penulis membangun tokoh-tokoh tertentu yang berhubungan dengan jamu, semisal profesi dokter jamu, dongeng yang semua tokohnya rempah-rempah, dan sebagainya. Jika buku itu laris dan sudah memiliki penggemar banyak, baru dibuat film yang diangkat dari buku tersebut. 
5. Kreatifitas dalam Mensosialisasikan Jamu
Saya salut dengan usaha pemerintah dalam mengkampanyekan jamu sebagai produk budaya yang wajib dilestarikan. Dimulai di tahun 2008 ketika Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) menampilkan produk-produk hasil penelitiannya berupa produk herbal yang sudah teruji khasiatnya dalam pameran bertajuk “Jamu Brand Indonesia”. Berkat pameran tersebut, antusias dan kepercayaan masyarakat terhadap jamu semakin meningkat. Terbukti dengan semakin tinggi omzet penjualan jamu dari tahun ke tahun. Sejak tahun itu hingga saat ini, kampanye “Jamu Brand Indonesia” masih terus digemakan dan setiap tahunnya diperingati melalui acara minum jamu bersama.
Sebagai masyarakat yang peduli terhadap warisan budaya lokal, kita juga wajib turut serta mensosialisasikan jamu kepada masyarakat. Caranya? Meminum jamu bersama-sama? Tidak harus. Sebagai anak bangsa yang kreatif, kita bisa mengkampanyekan jamu dengan cara yang berbeda.
Untuk kalangan seniman, bisa mengaplikasikan jamu ke dalam hasil karyanya, semisal lukisan, bangunan arsitektur, koreografi, pahatan, musik, desain game, desain baju, dan sebagainya. Untuk pengusaha bisa membuat produk-produk kreatif bertemakan rempah dan jamu seperti bantal, boneka, sandal, bahkan perhiasan. Untuk kuliner, bisa juga dengan membuat desain kue, permen, atau botol minuman berbentuk rempah.
6. Pembinaan dan Pengawasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pesatnya pertumbuhan industri jamu di Indonesia harus diimbangi dengan kualitas dan mutu produk yang baik. Jika tidak, seperti beberapa kasus yang pernah terjadi, produk-produk jamu ditarik dari peredaran karena mengandung bahan kimia obat (BKO). Imej jamu pun menjadi tercemar. Masyarakat yang semula menggemari menjadi menjauhi lantaran takut terkena dampak buruk konsumsi jamu. Inilah mengapa pengawasan internal tidak pernah cukup jika tidak diimbangi dengan pengawasan eksternal oleh pemerintah.
Selain pengawasan, pemerintah juga wajib memberikan pembinaan secara berkala dan berkelanjutan terhadap para pelaku bisnis jamu. Pembinaan mencakup seluruh proses produksi sampai pemasaran. Semisal penanaman atau pemilihan simplisia nabati yang berkualitas tinggi, penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan produksi hingga strategi pemasaran yang mumpuni.
Namun jika mengandalkan pemerintah saja dirasa terlalu berat dan cakupannya terlalu sempit, mungkin bisa disiasati dengan menunjuk duta jamu di masing-masing daerah. Duta jamu ini merupakan seseorang yang sangat peduli terhadap perkembangan jamu di Indonesia dan ahli di bidang jamu. Setiap duta berkewajiban memberikan bimbingan kepada masyarakat dan industri-industri jamu di daerah tertentu, melakukan pengawasan dan mempromosikan jamu kepada masyarakat dunia. 
7. Hubungan Mesra Pemerintah, Pusat Penelitian, dan Industri Jamu
Meski penelitian mengenai jamu sudah gencar dilakukan di berbagai universitas tinggi, namun arah dan koordinasinya masih belum jelas. Produk-produk penelitian masih berupa produk ‘mentah’ dan belum diimplementasikan ke dalam industri jamu. Kalaupun ada, cakupannya masih sangat kecil.
Pemerintah sebagai pemegang kemudi negara harus memiliki tujuan yang pasti. Hendak diarahkan kemana hasil penelitian itu dan program nyata yang diterapkan untuk kemajuan perkembangan jamu Indonesia.
Salah satu program yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjalin simbiosis mutualisme antara pemerintah, pusat penelitian, dan industri jamu. Misalnya, Biofarmaka IPB menerima sejumlah dana dari industri jamu untuk mengembangkan penelitian. Industri jamu mengimplementasikan hasil penelitian dari Biofarmaka IPB terhadap produk-produknya, lalu memasarkannya ke seluruh wilayah Indonesia. Sebagai balas budi, pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya mempermudah pemasaran jamu ke luar negeri. Atau memberikan insentif khusus kepada industri jamu yang mau membantu lembaga penelitian mengembangkan dan memasarkan produk mereka berupa penggunaan produk-produk jamu tersebut di dalam rapat-rapat kenegaraan, jamuan-jamuan pemerintah asing, dan sebagainya.
8. Balik Mengancam Produk Herbal Luar
Beberapa produk herbal yang berasal dari luar negeri, utamanya TCM sudah sejak lama mengancam produk-produk herbal buatan bumi pertiwi, salah satunya jamu. Keberadaannya dinilai mengancam karena mampu merambah hingga 10% dari total nilai pasar herbal di Indonesia. Dan diprediksi mengalami kenaikan secara berkelanjutan. Ancaman ini semestinya tidak terlalu buruk jika Indonesia memiliki peluang yang sebanding. Kenyataannya, pasar herbal Tiongkok sangat sulit ditembus.
Pemerintah harus mengkoreksi kebijakan impor produk-produk TCM dan menyeimbangkannya dengan kebijakan ekspor jamu ke Tiongkok. Promosi produk-produk TCM di televisi Indonesia harus memiliki porsi yang sama dengan iklan produk-produk jamu di Tiongkok. 
9. Promosi Berkelanjutan di Dalam dan Luar Negeri
Jenis usaha apapun memerlukan promosi untuk memasarkan dan memperluas lahan bisnisnya, termasuk jamu. Pemerintah berperan cukup banyak di sini baik untuk mempromosikannya di dalam maupun luar negeri. Semisal menetapkan jamu sebagai minuman wajib di kantor-kantor pemerintahan, suguhan utama turis dan pejabat-pejabat luar negeri yang singgah di Indonesia, sampai produk minuman yang harus disediakan di kantin-kantin sekolah dan sarana umum lainnya.
Tidak cukup pemerintah, masyarakat juga harus mempromosikan jamu melalui sarana apapun. Bisa melalui media sosial seperti facebook, twitter, instagram, path, blog seperti saya dan sebagainya. Tidak harus menulis artikel seperti saya, bisa juga dengan berfoto selfie sambil meminum jamu, menjual produk-produk jamu via online, atau mengadakan lomba-lomba bertemakan jamu. Atau membuat sebuah komunitas pencinta jamu di grup media sosial untuk menjaring lebih banyak masyarakat mencintai jamu. Yang terpenting, usaha kalian untuk turut serta dalam mengembangkan jamu di Indonesia dan dunia. Barangkali ada teman media sosial dari luar negeri yang tertarik mencoba jamu setelah melihat posting kalian.
Untuk mahasiswa yang menuntut ilmu di luar negeri, bisa juga membuat atau minimal menjual produk-produk jamu yang diekspor dari Indonesia dan memasarkannya di kampus. Untuk ibu rumah tangga, bisa membantu tetangga-tetangga yang sakit dengan meracik jamu atau membelikan jamu kepada yang bersangkutan sekaligus mempromosikan khasiat jamu. Begitupun yang bekerja di instansi luar negeri.

Sebagai kesimpulan, melestarikan dan menduniakan jamu adalah tugas kita bersama. Bukan hanya pemerintah, bukan hanya peneliti, bukan hanya pengusaha jamu, tetapi semua komponen masyarakat. Tidak secara terpisah-pisah, namun bergandengan tangan untuk membentuk sebuah kekuatan. Kekuatan untuk menjadi sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang mencintai dan melestarikan produk budayanya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Data dan IoT, Dua Teknologi Pendukung Smart City

Perubahan zaman yang terjadi begitu cepat, perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota dan persaingan global yang kian tak terbendung telah menciptakan beragam persoalan di kota-kota besar di seluruh dunia, seperti kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Di sisi lain, perkembangan teknologi mutakhir dan jaringan internet yang meluas telah menciptakan peluang tersendiri bagi para pelaku bisnis maupun pelaku kepentingan publik. Dari dua fenomena besar itulah kemudian muncul gagasan Smart City. Smart City adalah sebuah gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Smart City menjadi solusi atas berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi sebuah kota. Teknologi Internet Of Things (IoT) Sumber Gambar Internet of things adalah sebuah gagasan untu

Setangkup Mimpi Bersama Mama

Mama dulu bermimpi, menyaksikan anak Mama berdiri di atas panggung sambil memegang piala.  Lalu Mama diminta untuk berdiri di samping anak Mama disambut riuh tepuk tangan orang banyak. Wah, pasti bangga sekali memiliki anak yang berprestasi. Pernyataan itu begitu menusuk hatiku. Betapa aku telah gagal mewujudkan impian sederhana Mama. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mewujudkannya. Namun setiap kali mencoba, aku selalu gagal. Bahkan hingga lulus SMA, belum ada satupun piala yang berhasil aku bawa pulang. Akankah aku menyerah? Tentu saja tidak. Justru pernyataan itu menamparku untuk berusaha lebih keras lagi. Aku mengikuti beragam lomba menulis dan beberapa kali memenangkannya. Sayang, tidak ada awarding ceremony sehingga impian untuk berdiri sambil memegang piala di hadapan banyak orang masih belum terwujud. Hingga suatu ketika, aku mendapat telepon dari panitia lomba untuk menghadiri acara penganugerahan pemenang lomba blog di Jakarta. Seketika perasaanku membumbung tinggi

Dedikasi 60 Tahun Astra, Inspirasi Keberlanjutan Menuju Kebanggaan Bangsa

Menjejaki usia 60 tahun bagi sebuah bisnis bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak perusahaan mampu selamat dari badai krisis bersejarah 1998 yang membangkrutkan perekonomian nasional. Satu dari sedikit bisnis yang mampu bertahan itu adalah Astra. Meski tertatih, Astra membuktikan diri bangkit dan berkembang pesat hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan terbaik regional dalam kurun waktu kurang dari 60 tahun. Dari hanya memiliki empat karyawan, kini jumlah karyawan Astra telah membengkak hingga 221.046 yang bekerja di 198 perusahaan Grup Astra. Aktivitas bisnis Grup Astra pun berkembang pesat meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan agribisnis, infrastruktur, logistik serta teknologi informasi. Pengalaman menghadapi krisis 1998 dan kemapanan finansial yang baik membuat Astra lebih tangguh menghadapi badai-badai selanjutnya, termasuk tantangan melemahnya perekonomian global sepanjang tahun 2015 lalu. Astra bahkan masih sangg