Langsung ke konten utama

Ramadhan, Momentum Terbaik Merekonstruksi Perekonomian Umat Melalui Zakatnesia



Tulisan ini memenangkan Lomba Blog Zakatnesia oleh Dompet Dhuafa 11 Juni 2016 dan paling lambat 25 Juni 2016 dan pengumuman pemenang pada 4 Juli 2016.



“Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa, karena dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaitan- syaitan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (HR Ahmad, An-Nasa’l, dan Baihaqi).
Gaung Ramadhan “Bulan Keberkahan” sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun sejauh mana kita mengamini dan merasakannya akan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung bagaimana kita mengetuk pintu-pintu surga-Nya melalui amal salih dan menutup pintu-pintu neraka-Nya dengan menghindari kemungkaran.
Dalam aspek ekonomi, bagi pelaku usaha pakaian seperti Ibu saya, bulan Ramadhan menjadi keberkahan tersendiri sebab mendatangkan pembeli dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lain. Begitupun pelaku usaha lainnya seperti jasa transportasi, parsel lebaran, rumah makan, supermarket, dan sebagainya, mengalami kenaikan omset yang cukup signifikan selama Ramadhan. Menurut Bank Indonesia sendiri, peredaran uang selama Ramadhan 2016 ini ditaksir mencapai 160,4 triliun, sebuah angka yang cukup menggembirakan bagi perekonomian Indonesia.
Sayang, angka “baik” itu belum bisa menyentuh semua kalangan dan baru berkutat di kalangan menengah ke atas saja. Keberkahan Ramadhan seolah menyisakan “cacat” bagi kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin di Indonesia. Data Indeks Gini tahun 2015 tercatat sebesar 0,41, yang artinya sebanyak 40 persen aset negara dimiliki oleh sekitar 1% penduduknya saja. Naasnya, penduduk Muslim yang merupakan mayoritas di Indonesia sebagian besar justru berada di luar kelompok 1% tersebut. Sungguh sebuah fakta yang ironi bagi bangsa yang konon berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini.
Ramadhan, Momentum Terbaik Merekonstruksi Perekonomian Umat Melalui Zakatnesia
Mari kita renungkan sejenak makna puasa Ramadhan dalam kaitannya hadis di atas. Dari segi bahasa, saum/puasa memiliki arti menahan atau mencegah. Inilah yang kita alami selama menjalankan ibadah puasa dari terbit Fajar hingga terbenamnya matahari. Kita diwajibkan menahan diri dari lapar, haus, dan segala hal yang bisa membatalkan puasa. Melalui ibadah inilah kita dididik untuk mampu menguasai diri, mengendalikan nafsu agar tak senantiasa dituruti, dan melatih kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Kita dilatih agar tak konsumtif, mubazir dan melakukan pemborosan.
Pelajaran lain yang dapat diambil dari ibadah puasa adalah sebuah kesadaran sosial bahwa ada sebagian saudara kita yang menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan memposisikan diri sebagai kaum lemah yang harus menahan lapar dan dahaga (meskipun “hanya” dari Subuh hingga Maghrib), diharapkan timbul sebuah kesadaran untuk berbagi kepada mereka yang—karena keterbatasannya diharuskan menahan lapar dan dahaga sepanjang hari.
Inilah yang penulis maksud Ramadhan sebagai momentum terbaik merekonstruksi perekonomian umat. Dengan asumsi setiap individu mengurangi konsumsi beras sebanyak ¼ kg perhari selama masa puasa, konsumsi pangan negeri ini bisa ditekan hingga berpuluh ton beras setiap harinya. Ini baru sehari, bagaimana jika sebulan? Belum lagi bahan makanan lain seperti sayur, lauk, dan sebagainya, tentu penghematan ini sangat baik bagi stabilitas pangan bangsa. Agar perekonomian tetap bertumbuh, konsumsi individu tersebut dialihkan bagi mereka yang kurang mampu melalui zakat, sedekah, maupun infak.

Inilah yang tengah digagas DompetDhuafa melalui Zakatnesia. Zakatnesia sendiri merupakan suatu kampanye untuk mensyiarkan zakat secara massif di bulan Ramadhan. Semisal untuk menjembatani para Shopaholic agar tetap meraih keberkahan di bulan Ramadhan, Dompet Dhuafa menyediakan layanan Belanja Sambil Beramal untuk setiap transaksi pembelian di Matahari, HijUp, Blanja.com atau layanan Infak via Kasir di Hypermart, Foodmart, SmartClub, Boston dan FMX di seluruh Indonesia. Melalui Zakatnesia ini pula, Dompet Dhuafa mengajak umat Muslim untuk berbagi keceriaan Lebaran dengan berbagi parsel bersama Elevania.


Lebih dari itu, misi Zakatnesia adalah “menampar” kesadaran masyarakat mengenai kewajiban berzakat yang bisa dilakukan di luar Ramadhan. Jika zakat fitrah dilakukan sebagai bentuk penyucian diri/jiwa, maka zakat mal adalah bentuk lain penyucian harta. Sebab di setiap harta (dalam jumlah tertentu yang ditetapkan syariat) terdapat hak kaum dhuafa yang wajib ditunaikan. Kewajiban ini tertuang dalam firman Allah surat at-Taubah (103): “Ambilah zakat dari harta mereka untuk membersihkan harta mereka dan menghapus kesalahan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Perintah itu dibarengi dengan ancaman bagi kaum yang tidak membayarkan zakatnya, seperti tertuang dalam al-Qur’an surat Al-Fushilat (6:7): “Celakalah bagi orang-orang musyrik yaitu orang-orang yang tidak membayarkan zakat dan mereka tidak percaya adanya hari kiamat.”
Namun perlu dipahami bahwa fungsi zakat tidak melulu soal penyempurnaan akidah dan penggugur kewajiban, melainkan juga instrumen penyempurnaan akhlak dengan membantu pemerintah menangani permasalahan-permasalahan sosial, salah satunya permasalahan kemiskinan yang masih menjadi momok di Indonesia. Melalui zakat, harta tidak hanya beredar di kalangan orang mampu saja, namun didistribusikan bagi mereka yang kurang/tidak mampu. Hal ini sesuai dengan firman Allah “agar harta tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu” (QS. Al Hasyr: 7).
Namun dengan fenomena kemiskinan struktural seperti sekarang, pengelolaan zakat secara tradisional dengan hanya “bagi-bagi uang” saja tidaklah cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah. Sebaliknya, membuat kaum dhuafa semakin lemah dan menciptakan ketergantungan sehingga terus mengharapkan uluran tangan dari para muzakki. Maka penting untuk melakukan upaya lebih pada pengelolaan zakat yang mampu membuat mereka lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Caranya dengan medayagunakan zakat agar lebih berfokus pada program-program pembangunan dan pemberdayaan.
Dompet Dhuafa sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat terbesar di Indonesia dan secara resmi ditetapkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada Mei 2016 ini sudah sejak lama melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah melalui pengelolaan zakat produktif. Bahkan bisa dikatakan, Dompet Dhuafa-lah yang memelopori inovasi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial development. Dompet Dhuafa berkomitmen untuk melakukan sebuah pengeloaan zakat yang tak hanya memberikan solusi praktis dan sederhana dalam mengatasi berbagai persoalan di Indonesia, melainkan menuntaskannya dari hal yang paling mendasar.
Dalam bidang pendidikan misalnya, Dompet Dhuafa tidak sekedar memberikan beasiswa kepada siswa kurang mampu. Namun lebih dari itu, Dompet Dhuafa mendirikan sebuah sekolah menengah berasrama bebas biaya dan akselerasi yang didedikasikan untuk anak-anak dhuafa berprestasi. Mereka menamainya SMART Ekselensia. Karena berasrama, para pendidik lebih mudah mengintegrasikan kurikulum nasional kepada para siswa dan mengenali bakat masing-masing untuk kemudian diasahnya. Jika banyak lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah menerapkan jam belajar hingga sore hari sehingga memicu stress, hal demikian tidak berlaku bagi para penerima manfaat di SMART Ekselensia. 

Di SMART Ekselesia pendidikan formal dimulai pada pukul 06.45 dan berakhir pukul 12.30 WIB. Selepas itu, mereka bebas memilih kegiatan yang sesuai dengan minat, seperti kegiatan outdoor atau les bahasa Inggris. Setelah Ashar, para siswa bisa mengikuti beragam jenis ekstra kurikuler yang telah disediakan. Malam harinya, waktu diisi dengan kegiatan keagamaan dan belajar mandiri di asrama. Kolaborasi apik antara pendidikan formal dan sistem pembinaan asrama ini akan menjamin para siswa memperoleh lingkungan positif dengan menanamkan nilai-nilai kemandirian, kejujuran dan spiritualitas. Ini bisa menjadi solusi pemerintah menghadapi badai kemerosotan moral generasi muda bangsa yang marak akhir-akhir ini. Juga menjadi solusi bagi para orang tua yang merasa was-was dengan pergaulan anaknya di luar rumah.
Di tingkat perguruan tinggi, Dompet Dhuafa juga menyediakan program Beastudi Etos yang tak hanya membantu dari segi finansial saja, namun juga memberikan pembinaan, pelatihan serta pendampingan ekstra kepada para mahasiswa. Sampai saat ini ada 2.109 mahasiswa penerima manfaat Beastudi Etos yang tersebar di berbagai perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Sementara untuk menjembatani kesenjangan kualitas pendidik di daerah-daerah terpencil, Dompet Dhuafa juga menyediakan program pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan guru-guru berkarakter melalui Sekolah Guru Indonesia (SGI). Hingga saat ini tercatat sebanyak 440 guru penerima manfaat SGI tersebar di 22 titik di seluruh Indonesia.

Di bidang kesehatan, DompetDhuafa juga tak setengah-setengah mengatasi problematika kesehatan bagi kaum dhuafa. Tidak hanya memberikan pengobatan gratis pada momentum-momentum khusus, Dompet Dhuafa justru menggagas berdirinya puluhan klinik kesehatan gratis sehingga kaum dhuafa bisa menikmati pelayanan kesehatan setiap saat. Bahkan semenjak tiga tahun lalu, Dompet Dhuafa telah memiliki Rumah Sehat Terpadu yang didukung tenaga medis profesional dan peralatan medis canggih berstandar nasional dan internasional. Motivasi terbesar Dompet Dhuafa dalam mendirikan Rumah Sehat Terpadu adalah keluhan para dhuafa yang kerapkali terkendala biaya saat hendak berobat ke rumah sakit rujukan dari klinik Dompet Dhuafa. Dengan misi kemanusiaan yang disertai profesionalitas dan niat ibadah, Dompet Dhuafa juga menjawab keluhan lain para dhuafa yang kerapkali mendapat perlakuan tak menyenangkan dari para pegawai rumah sakit, seperti sikap jutek dan dingin staf medisnya. Melalui Rumah Sehat Terpadu ini, Dompet Dhuafa menjamin pelayanan kesehatan yang ramah dan hangat selayaknya sebuah keluarga. Sehingga tidak ada lagi lelucon yang membikin hati miris semisal “orang miskin dilarang sakit”.

Untuk mewujudkan kemandirian secara ekonomi, Dompet Dhuafa juga memiliki berbagai program pemberdayaan, di antaranya pengembangan pertanian, peternakan, perikanan kelautan, pengembangan industri rumah tangga skala mikro dan kecil, serta pengembangan lembaga keuangan mikro yang berbasis perkotaan maupun pedesaan. Melalui Pertanian Sehat Indonesia (PSI) misalnya, Dompet Dhuafa berfokus pada pengembangan program pertanian sehat secara aplikatif melalui program pemberdayaan masyarakat petani kecil, serta membantu memasarkan produk-produk pertanian yang dihasilkan. Program PSI ini memiliki multiplier effect yang tidak hanya memberikan kemandirian ekonomi bagi petani kecil, namun sekaligus membantu pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan, menjamin kualitas pangan yang sehat bagi masyarakat luas, serta menyelamatkan bumi dengan mengembangkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
Dengan niat tulus meningkatkan kemandirian masyarakat ekonomi lemah, Dompet Dhuafa telah berhasil mengangkat dan meningkatkan taraf hidup para mustahiq sehingga mereka memiliki standar hidup yang layak seperti halnya para muzakki. Pada gilirannya, mereka yang semula menerima zakat (mustahiq) menjelma pemberi zakat (muzakki) lantaran kemapanan ekonomi yang dimiliki, begitu seterusnya sampai suatu saat nanti bangsa ini mengalami surplus lantaran tidak ada lagi yang berhak menerima zakat. Sama seperti masa kepemimpinan Umar Abdul Aziz yang karena keberhasilannya mengelola zakat untuk memberdayakan perekonomian umat, hanya dalam kurun waktu tiga tahun saja negaranya sudah tidak memiliki mustahiq sama sekali.

Kisah-kisah keberhasilan DompetDhuafa dalam mengubah mustahiq menjadi muzakki bisa disimak di sini. Kisah teladan tersebut membuktikan adanya kekuatan ekonomi yang sangat besar apabila zakat dikelola oleh lembaga amal yang profesional seperti Dompet Dhuafa. Apalagi dengan jumlah Muslim mencapai 85% penduduk Indonesia, penghimpunan zakat bisa menjadi sangat besar dan memberikan dampak luar biasa bagi kemajuan perekonomian umat.
Menurut penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB), potensi zakat di Indonesia mencapai Rp217 Triliun. Dengan angka sebesar ini, masyarakat secara tidak langsung membantu pemerintah dalam mengurangi beban APBN dan APBD. Hal ini tentu lebih baik dibandingkan mengandalkan utang luar negeri yang saban hari kian mencekik leher rakyat, atau menjual aset negara yang kian menambah “dendam” rakyat kepada pemerintah dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Sayangnya, potensi tersebut masih belum sebanding dengan realisasi pengumpulan zakat yang diterima lembaga amil zakat. Menurut Direktur Pemberdayaan Zakat Kementerian Agama RI, Jaja Jaelani, penghimpunan zakat untuk tahun 2015 baru mencapai Rp 2,8 Triliun. Sangat jauh apabila dibandingkan potensinya yang mencapai Rp 217 Triliun tadi. Angka “kecil” ini masih harus dibagi dengan 20 lembaga amil zakat yang dihimpun secara nasional, termasuk Dompet Dhuafa sebesar Rp 266 Milyar.
Melalui Zakatnesia, momentum Ramadhan yang menjanjikan lipatan pahala ini diharapkan mampu menjadi pemicu kesadaran masyarakat untuk mau membentangkan kebaikan dengan menyalurkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Sebab dengan berzakat, keberkahan yang kita nanti-nantikan selama Ramadhan akan benar-benar terwujud. Melalui zakat, seseorang akan terhindar dari sifat tamak dan rakus yang dibenci Allah, sehingga menjadikan jiwa lebih tentram dan damai lantaran tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kepemilikan harta kita. Bahkan harta-lah yang akan menjaga kita dari api neraka. Tidak perlu khawatir harta berkurang, berzakat justru akan membuat harta kita menjadi lebih banyak, setidaknya dari sisi manfaat bagi orang lain. Bahkan Allah menjanjikan “bonus” berupa kemuliaan dan derajat tinggi di hadapan-Nya. Insya Allah.

Ingin berzakat tapi tidak mau ribet? Dompet Dhuafa memiliki semua alternatif pembayaran zakat semudah memberi like.



 
 
 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Data dan IoT, Dua Teknologi Pendukung Smart City

Perubahan zaman yang terjadi begitu cepat, perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota dan persaingan global yang kian tak terbendung telah menciptakan beragam persoalan di kota-kota besar di seluruh dunia, seperti kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Di sisi lain, perkembangan teknologi mutakhir dan jaringan internet yang meluas telah menciptakan peluang tersendiri bagi para pelaku bisnis maupun pelaku kepentingan publik. Dari dua fenomena besar itulah kemudian muncul gagasan Smart City. Smart City adalah sebuah gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Smart City menjadi solusi atas berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi sebuah kota. Teknologi Internet Of Things (IoT) Sumber Gambar Internet of things adalah sebuah gagasan untu

Setangkup Mimpi Bersama Mama

Mama dulu bermimpi, menyaksikan anak Mama berdiri di atas panggung sambil memegang piala.  Lalu Mama diminta untuk berdiri di samping anak Mama disambut riuh tepuk tangan orang banyak. Wah, pasti bangga sekali memiliki anak yang berprestasi. Pernyataan itu begitu menusuk hatiku. Betapa aku telah gagal mewujudkan impian sederhana Mama. Bukan berarti aku tidak mencoba untuk mewujudkannya. Namun setiap kali mencoba, aku selalu gagal. Bahkan hingga lulus SMA, belum ada satupun piala yang berhasil aku bawa pulang. Akankah aku menyerah? Tentu saja tidak. Justru pernyataan itu menamparku untuk berusaha lebih keras lagi. Aku mengikuti beragam lomba menulis dan beberapa kali memenangkannya. Sayang, tidak ada awarding ceremony sehingga impian untuk berdiri sambil memegang piala di hadapan banyak orang masih belum terwujud. Hingga suatu ketika, aku mendapat telepon dari panitia lomba untuk menghadiri acara penganugerahan pemenang lomba blog di Jakarta. Seketika perasaanku membumbung tinggi

Dedikasi 60 Tahun Astra, Inspirasi Keberlanjutan Menuju Kebanggaan Bangsa

Menjejaki usia 60 tahun bagi sebuah bisnis bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak perusahaan mampu selamat dari badai krisis bersejarah 1998 yang membangkrutkan perekonomian nasional. Satu dari sedikit bisnis yang mampu bertahan itu adalah Astra. Meski tertatih, Astra membuktikan diri bangkit dan berkembang pesat hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan terbaik regional dalam kurun waktu kurang dari 60 tahun. Dari hanya memiliki empat karyawan, kini jumlah karyawan Astra telah membengkak hingga 221.046 yang bekerja di 198 perusahaan Grup Astra. Aktivitas bisnis Grup Astra pun berkembang pesat meliputi enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan agribisnis, infrastruktur, logistik serta teknologi informasi. Pengalaman menghadapi krisis 1998 dan kemapanan finansial yang baik membuat Astra lebih tangguh menghadapi badai-badai selanjutnya, termasuk tantangan melemahnya perekonomian global sepanjang tahun 2015 lalu. Astra bahkan masih sangg